Langit sore Jakarta berwarna kelabu ketika pesawat pribadi milik keluarga Salim mendarat di bandara. Begitu roda pesawat berhenti, seorang pria berjas hitam turun dengan langkah tergesa. Wajahnya tegang, matanya merah karena tidak tidur selama dua belas jam perjalanan. Firdaus Salim tak peduli pada rasa lelah, bahkan tak sempat mengganti pakaian bisnisnya. Yang ada di pikirannya hanya satu, keadaan Victor, saudara angkat sekaligus kakak ipar yang sudah dianggapnya seperti kakak kandung. Firdaus segera masuk ke mobil yang sudah menunggunya dan sepanjang perjalanan ke rumah sakit, pikirannya terus berputar di antara rasa cemas, penyesalan, dan ketakutan yang semakin menghimpit d**a. Seharusnya ia masih berada di Australia untuk urusan merger perusahaan logistik. Tapi begitu menerima kabar

