Bab 23. Menyesali

1346 Words

Victor menatap Firdaus dengan mata yang masih basah. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik dan melangkah keluar dari ruangan presiden direktur itu. Pintu tertutup dengan bunyi yang berat, seolah menggema bersama perasaan Firdaus yang kini benar-benar hancur. Sejenak, ruangan itu terasa kosong, sepi, dan hampa. Firdaus berdiri kaku, napasnya tersengal-sengal. Kata-kata Victor barusan seperti memukulnya bertubi-tubi. Tubuhnya gemetar, seakan-akan semua kekuatan dalam dirinya runtuh bersamaan. Kedua lututnya akhirnya tak mampu lagi menahan beban. Firdaus jatuh berlutut di atas lantai marmer dingin, tangannya mengepal erat di kedua sisi tubuhnya. d**a bidangnya naik turun cepat dan air matanya jatuh menetes tanpa suara. "Aura ...." Firdaus meremas rambutnya, rasa bersalah melilit setiap

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD