3 tempat tinggal baru Dita

1007 Words
"Ayo!" Ajak Pak Adi, setelah Ika sudah pergi. "Ke-kemana Pak?" Tanya Dita terbata, takut kalau dirinya dijual, atau bisa saja dijadikan bahan untuk dilecehkan. "Menurut, tanpa harus bertanya atau banyak bicara!" Ujar Pak Adi tegas, lalu mulai membalikkan tubuhnya ingin meninggalkan kamar dimana Dita berada. "Pak, tunggu!" Ujar Dita cepat, sebelum Pak Adi membawa kakinya melangkah menjauh dari tempat itu. Pak Adi yang mendapat panggilan tiba-tiba dari Dita, langsung memutar kembali tubuhnya. "Ada apa, Nona?" Tanya Pak Adi dengan nada yang masih menggunakan suara datarnya. "Bapak, tidak akan menjual saya kan Pak?" Tanya Dita ragu-ragu. Pak Adi yang mendengar pertanyaan Dita, langsung tersenyum kecil. 'gadis ini benar-benar polos. Doni memang saudara yang begitu kejam, menjual adiknya sendiri demi keegoisan nya ' gumam Pak Adi dalam hati, membuat Dita semakin ketakutan karena melihat senyum misteri di bibir Pak Adi. "Mau saya apakan, Nona, itu sudah menjadi hak saya, dan Nona juga tidak ada hak untuk menghalangi saya! "Ujar Pak Adi dengan sorot mata tajamnya, membuat Dita semakin ketakutan, karena mendengar jawaban Pak Adi, yang tanpa jelasnya bawa Pak Adi mengatakan bahwa Dita akan tetap dijual. Itulah yang saat ini ada di pikiran Dita. Tanpa terasa, buliran bening kristal mulai jatuh dari pelupuk mata indah Dita, tanpa Pak Adi tahu. Dita mulai mengikuti langkah Pak Adi, yang sudah melangkah lebih dulu, hingga Dita sedikit ketinggalan. Pak Adi mulai membantu Dita untuk melewati banyaknya kerumunan orang yang sedang berjoget tanpa beban. Dita kembali merasa ketakutan, saat tubuhnya terhimpit oleh banyaknya orang, membuat Pak Adi kembali membantu Dita, tanpa Dita merasa kesulitan untuk keluar. Maklum saja suasana semakin banyak orang, karena club malam semakin larut, akan semakin ramai. "Pak, kita mau kemana, ini kan sudah terlalu larut?" Tanya Dita, saat Pak Adi membawanya ke mobil. "Nanti Nona juga tahu sendiri. Mari Nona." Ajak Pak Adi lagi tanpa menjawab pertanyaan Dita. Dita pun menurut, tanpa melayangkan lagi pertanyaan untuk menghilangkan rasa penasarannya. Mobil yang membawa Dita mulai berjalan, meninggalkan area klub malam. Sepanjang perjalanan, Dita memejamkan matanya yang sejak tadi tidak berhenti mengeluarkan air mata, karena merasa tidak mampu menjalankan hidupnya yang penuh dengan penderitaan, belum lagi hidup kedepannya. Membayangkan hidup kedepannya, Dita merasa tidak sanggup, apalagi kakaknya tega menjual dirinya pada pria tua, demi kepentingan pribadi Doni. Tanpa terasa, mobil yang membawa Dita dari klub malam tadi, sudah berhenti di sebuah rumah yang rumah itu terlihat sangat mewah bak istana. "Ayo Nona, turun!" Titah Pak Adi, dengan penuh ketegasan, namun tetap memperlakukan Dita dengan baik dengan membantu membukakan pintu untuk Dita keluar dari mobil. Dita langsung menyapu ke sekeliling rumah mewah itu, dengan pandangan yang begitu terlihat menakjubkan. Bagi Dita, ini adalah pertama kalinya Dita melihat rumah megah dan begitu mewah dengan mata kepalanya sendiri yakni melihatnya dengan kenyataan. Biasanya, Dita melihat rumah mewah itu hanya dalam sebuah sinetron, atau film-film kesukaannya yang sering ditonton Dita dengan teman-temannya saat di kampus dulu. Yah, satu tahun yang lalu, Dita masih memiliki status kuliah, namun saat ini, Dita memutuskan untuk berhenti kuliah, karena Dita tidak bisa membayar seluruh biaya kuliahnya sendirian. Sebenarnya bisa saja kita membayar kuliahnya sendiri dengan melakukan pekerjaan sampingan, hanya saja, Dita tidak bisa melakukan semua itu, karena Dita harus membiayai kakaknya juga, Doni. Yah, Dita memang tinggal bersama sang kakak, dan tidak tahu siapa orang tua Dita, karena setiap ditanya, Doni selalu marah dan melarang untuk kembali mempertanyakan soal orang tua. Dan diantara Dita dan Doni, hanya Dita saja yang bekerja untuk menyambung hidupnya atau membiayai kehidupan sehari-hari mereka, dengan melakukan pekerjaan sampingan meski Dita kuliah. Dan sekarang Dita memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya, karena sang kakak Doni semakin menjadi bermain di klub malam, atau tidak pernah lepas dari sebuah permainan taruhan. Maka dari itu, Dita memutuskan untuk berhenti kuliah, karena Dita sendiri tidak mampu harus membiayai kuliahnya, ditambah membiayai kebutuhan kakaknya, Doni. "Untuk apa kita kesini, Pak? "Tanya Dita penasaran, namun Dita tidak terlalu mengharapkan sebuah jawaban dari Pak Adi. "Sebelum pernikahan dilaksanakan, Nona sementara waktu akan tinggal di sini dan dilarang untuk keluar rumah, apapun alasannya! "Jawab Pak Adi dengan penuh ketegasan, tanpa membalas tatapan Dita Yang penasaran. Dita yang mendapat peringatan keras dari Pak Adi, langsung mengernyitkan dahinya heran. Dita heran, kenapa dirinya dilarang keluar dan merasa seperti berada di penjara saja, karena merasa dirinya ditahan. "Kenapa saya tidak boleh keluar Pak? "Tanya Dita lagi "Bisa tidak, Nona tidak perlu bertanya ataupun membantah ucapan saya? Tugas Nona, hanya menurut dan tidak melanggar aturan yang sudah saya buat. Jadi kalau saya minta Nona tetap berdiam diri di rumah ini, dan menurut tidak kemana-mana, itu sudah cukup Nona menurut. Jadi Nona tidak perlu banyak bicara! "Pak Adi, menjawab pertanyaan Dita dengan penuh ketegasan, namun terselip juga rasa kekesalan di hati Pak Adi, karena merasa Dita terlalu cerewet, atau terlalu banyak tanya pada dirinya. Dita ya mendengar jawaban Pak Adi terdengar kesal pada dirinya langsung memasang wajah masamnya, dan memutar bola matanya dengan malas. "Ayo Nona, masuk." Titah Pak Adi tegas. Dita pun melangkah mengikuti langkah Pak Adi, tanpa melayangkan lagi sebuah pertanyaan. Ceklek Pak Adi membukakan pintu rumah mewah itu, agar Dita bisa masuk. Dita mulai melewati pintu rumah itu untuk masuk ke dalam, lalu membalikkan badannya untuk menghadap pada Pak Adi, karena Dita merasa Pak Adi tidak ikut masuk bersamanya ke dalam rumah mewah tersebut. "Pak Adi, kenapa diam saja, kenapa tidak ikut masuk bersama Dita? "Tanya Dita dengan dahi berkerut "Tidak Nona, tempat ini dikhususkan untuk Nona. Jadi Nona silakan masuk, nanti ada orang yang akan mengantar di mana kamar Nona berada di rumah ini. Jadi Nona di rumah ini tidak sendirian, akan ada orang yang menemani Nona, atau menunjukkan sesuatu apa yang ingin Nona ketahui. "Ujar Pak Adi menjawab pertanyaan Dita, membuat Dita lagi-lagi kebingungan dengan jawaban Pak Adi. Tak ingin Dita lagi bertanya, karena takut Pak Adi kembali menegurnya. Dita pun kembali memutar tubuhnya untuk melangkah masuk sepenuhnya ke dalam rumah mewah itu, dan kembali menghentikan langkahnya, setelah Pak Adi menutup pintu rumah. "Jadi kamu yang akan tinggal dirumah ini?" Tanya seseorang dengan suara kerasnya, yang berhasil membuat jantung Dita seketika seakan berhenti berdetak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD