Bab 4

1101 Words
Siang hari, Leya pergi ke kantor Max untuk yang pertama kalinya, dia ingin memberikan surprise dengan kedatangannya karena mereka memang sudah hampir satu minggu tidak bertemu. "Maaf, ruangan Max ada di lantai berapa?" Tanya Leya dengan sopan kepada resepsionis. "Apa anda sudah ada janji, Nona?" Tanya resepsionis dengan sopan, sebenarnya dia ckup terkejut karean wanita yang ada di depannya hanya memanggil nama bos mereka, dia sepertinya mungkin teman dekat bos mereka untuk itu dia tidak ingin terkena masalah. "Belum, aku kekasihnya. Kau bisa menghubungi Revan untuk menanyakan kebenarannya, tapi jangn beritahu bos kalian, karena aku ingin membuat suprise." Kata Leya yang dimengerti oleh sang resepsionis Tentu saja resepsionis menghubungi asisten sekaligus sekretaris Max, yaitu Revan untuk menanyakan kebenarannya, dia tidak mau disalahkan jika ternyata nantinya ternyata Leya bukan benar-benar kekasihnya. "Tunggu sebentar, Nona!" Ucap resepsionis yang membuat Leya mengangguk. "Nona Leya." Sapa Revan yang disenyumi oleh Leya. "Apa Max sedang sibuk?" Tanya Leya. "Sebelah sini, Nona." Kata Revan yang menunjukkan jalannya, dia tidak menjawab perkataan Leya meskipun sebenarnya Max memang sibuk karena kini dia ada meting bersama klien. Dia sangat tau kalau bos-nya ini sangat bucin dengan kekasihnya yaitu Leya. "Tuan Max masih meting bersama Klien di ruang meting, mungkin anda bisa menunggu di ruangannya, Nona!" Ucap Revan. "Eh, tidak apa?" Tanya Leya "Tapi kalau dia sibuk sekali, aku kembali saja, aku akan datang lagi lain waktu." Kata Leya. "Jangan, Nona! Akan aku beritahu Tuan Max setelah ini." Kata Revan. "Jangan! Biarkan metingnya selesai saja dulu. Aku akan menunggunya di sini." Kata Leya yang di angguki oleh Revan dan bisa bernafas lega. Dia takut jika Leya pulang dan tidak jadi bertemu dengan Max dan Max mengetahuinya, dia bisa di omeli olehnya. Leya memutuskan untuk melihat-lihat ruangan Max. "Aku yakin di tidak marah bukan, jika aku melihat-lihat ruangannya." Gumam Leya terkekeh. Max mana pernah marah padanya, dia bahkan malah terlihat lucu jika sedang marah atau ngambek dengannya. "Dia sangat manis." Gumam Leya terkekeh melihat fotonya ada dimeja Max, bahkan foto disana foto yang di pajang foto ketika Leya mencium pipi Max. Tak lama ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan Max yang membuat Leya terkejut, bukan hanya Leya, tapi orang itu juga terkejut ada seorang wanita di sana. "Siapa kau?" Tanya Leya yang merasakan jantungnya berdetak dengan celat karena orang itu adalah wanita yang sangat cantik dan terlihat masih muda. "Aku yang seharusnya bertanya, kenapa kau ada di sini?" Tanya wanita itu. "Aku kekasih, Max. Kau siapa?" Tanya Leya. Namun ketika wanita itu hendak menjawab, pintu ruangan terbuka yang ternyata Max, Max sangat terkejut ketika melihat ada Leya di sana. Leya sendiri terkejut ketika wanita itu langaung memeluk Max dengan tatapan mengejek. "Sayang, kau di sini?" Ucap Max yang malah membalas pelukan wanita itu yang membuat Leya mengepalkan tangannya dan memilih untuk ingin pergi dari sana namun Max terkejut dan langsung mencegahnya karena melihat wajah Keya yang sepertinya marah padanya. "Kau apakan kekasihku?" Tanya Max kepada Zoya yang tadi juga ada di sana. Wanita yang ada disana dan bersapa dengan Leya adalah Zoya, adik dari Max. Zoya terkekeh yang membuat Leya tidak mengerti. "Kakak ipar mengira jika aku kekasihmu." Kata Zoya. "Kau tidak pernah menceritakan adik cantikmu ini kepada dia ya." Ucap Zoya yang malah menyalahkan kakaknya. Max tersadar dan akhirnya mengerti. "Sayang, ini Zoya. Adikku. Aku sudah pernah menceritakannya padamu bukan." Kata Max yang membuat Leya terkejut. "Astaga! Aku kira kau— "Ck! Mana mungkin aku menghianatimu, buang jauh-jauh pikiranmu yang itu." Kata Max. "Kau juga, kenapa tidka langaung mengatakan jika ku adikku, dasar jahil." Omel Max kepada diknya juga yang membuat Zoya semakin tertawa. "Hai kakak ipar, maafkan aku. Tadi aku hanya menggodamu. Ternyata kakak ipar lebih cantik dariku." Kata Zoya yang memuni kecantikan Leya ternyata dia sangat cantik, pantas saja jika kakaknya mencintainya. "Kau lebih cantik dariku, lain kali jangan seperti itu, kau membuat jantungku rasanya ingin lepas, beruntung tadi aku tidak menampar kakakmu." Kata Leya yang membuat Zoya terkekeh. "Baiklah, kalau begitu aku ke ruangan Daddy saja." Kata Zoya pamit dari sana. "Kau sangat menakutkan kalau marah, aku tidak akan pernah berselingkuh, membayangkan wajahmu marah saja membuatku merinding." Kata Max yang membuat Leya memukul da danya. "Kau pikir aku hantu." Kata Leya. "Lebih dari itu." "Max!" Teriak Leya melotot karena perkataan Max yang membuat Max tertawa lalu memeluk tubuh Leya dengan erat. "Aku sangat merindukanmu," ucap Max menciumi leher Leya yang membuat dia tertawa. "Aku juga merindukanmu, unruk itu aku memberimu kejutan dan datang ke sini." Ucap Leya memegangi rahang Max yang masih bermain di lehernya. Max langsung mencium bibir Leya dengan menggebu begitupun dengan leya yang membalasnya, mereka berciuman sangat liar untuk menyalurkan kerinduan mereka yang sudah satu minggu tidak bertemu. Max bahkan menggendong Leya hingga duduk di atas mejanya. "Stop! Aku tidak mau memiliki skandal di sini dan menjadi berita jika bosnya m***m dengan seorang wanita." Kata Leya mendorong tubuh Max yang ingin saja menyosor da danya. Max terkekeh, tidak akan ada yang berani membicarakan kita, lagi pula ini ruanganku, kita bebas di sini." Kata Max yang membuat Leya terkekeh. "Dasar mesum." Kata Leya namun mengalungkan tangannya ke leher kekasihnya. "Memangnya kau tidak sibuk?" Tanya-nya. Max tersenyum lalu meraih telefonnya untuk menghubungi Asistennya. "Revan, batalkan semua metingku hari ini. Dan jangan ada yang mengangguku." Kata Max lalu mematikannya. "Sayang, aku di sini tidak untuk menganggumu, aku hanya berkunjung karena merindukanmu." Kata Leya menjadi tidak enak, dia tadi sangat terkejut karena Max tiba-tiba membatalkan semua metingnya. "Tidak apa, membatalkan meting selama satu hari tidak akan berpengaruh apa-apa. Aku juga sangat merindukanmu, maaf aku tidak memiliki waktu menemuimu." Kata Max. "Tidak apa, aku pun juga sama, aku sedang belajar bisnis dengan Papa, jadi aku juga sibuk, maaf ya, Sayang." Ucap Leya yang merasa bersalah juga. Max tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan lalu mencium sekilas bibir kekasihnya. "Ngomong-ngomong, ada berita baik." Kata Leya yang membuat Max mengerutkan dahinya. "Apa?" Tanya Max penasaran namun Leya menjawabnya hanya dengan kekehan. "Katakan ada berita baik apa?" Tanya Max namuan Leya malah menggelengkan kepalanya. "Masih menjadi rahasia, mungkin lusa kau akan tau sendiri." Kata Leya yang enggan memberitahu namun membuat Max malah menggendongnya. Leya tentu saja terkejut karena Max lagi-lagi menggendongnya seperti karung beras. "Max, turunkan aku!" Teriak Leya yang entah di bawa ke mana dirinya. "Diamlah dulu, Sayang." Ucap Max memukul bongkahan belakang padat milik Leya yang membuat Leya terkejut. Leya lebih terkejut ketika tangan Max dengan nakal masuk kedalam roknya dan menyentuh miliknya. "M-max!" Suara Leya tertahan. "Sudah selesai?" Ucap Max tersenyum miring yang membuat Leya tidak mengerti. Max membawanya ke kamar pribadinya dan menurunkannya di atas ranjang lalu mengukungnya. "Datang bulannya." Ucap Max tersenyum yang membuat Leya melotot dan tersadar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD