“Hanya ini yang harus dibeli, Mbak?” ucap Very memastikan pada Intan. Di tangan kanannya ada secarik kertas berisi catatan yang harus ia beli. Memakai daster batik beraksen bunga dan berdominan warna biru muda, Intan selaku lawan bicara Very, mengangguk-angguk sambil sesekali mengelus perutnya menggunakan kedua tangan. Sementara dari balik pintu menuju ruang tamu utama bagian dalam, nenek Kanaya tengah diam-diam mengamati kebersamaan tersebut. Melihat interaksi Very dan Intan yang tampak dekat layaknya kakak beradik, nenek Kanaya merasa sangat bahagia. Kini memang sesederhana itu kebahagiaannya. Terlepas dari itu, dalam diamnya ia selalu yakin, bahwa Very merupakan wujud baru dari suaminya yang kembali Tuhan kirimkan kepadanya, meski status mereka tak lagi sama. Suasana di luar sedang