“Tidak ada yang lebih menyakitkan dari dibenci oleh orang yang sangat kita sayangi, Ar.” Pandu melirik ragu Arden yang masih berdiri di hadapannya. Arden menghela napas pelan. “Wenny benar-benar tidak membencimu, Pan.” Ia berucap lirih dan masih berusaha meyakinkan. “Namun paling tidak, dia tahu bahwa aku orang yang telah membunuh orang tuanya. Aku orang yang dulu nyaris membunuhnya.” Sedih dan sangat kecewa pada dirinya sendiri kenapa dulu dirinya gegabah membunuh orang tua Wenny. “Masalahnya andai aku tak melakukannya, aku tidak yakin aku masih bisa di titik ini.” Pandu langsung menunduk sedih, tapi masih dalam hitungan detik, ia dikejutkan oleh cengkeraman kedua tangan Arden pada kerah jaketnya. Sahabatnya itu sampai mengangkatnya lewat sana kemudian mengguncangnya. Pandu berangsur m