Tatapan khawatir bahkan takut, tak hentinya Diana dan nenek Kanaya jeratkan pada Intan. Terlepas dari itu, keduanya juga benar-benar tidak bisa tenang. Nenek Kanaya tak hentinya mondar-mandir di sekeliling ranjang rawat Intan, sementara Diana yang duduk di sebelah Intan sambil merangkul menantunya itu, juga tidak bisa diam. Jangankan Intan, Arden yang menyaksikannya dari sofa sambil bekerja saja, merasa seperti sedang dihakimi. “Nek, Mah ... gaya kalian lebih menyeramkan dari malaikat maut. Bukannya merasa diperhatikan, istriku justru ketakutan.” Arden menatap tak habis pikir sang nenek maupun sang mamah, silih berganti. “Berhentilah dan jangan membuat istriku takut lagi. Semuanya akan baik-baik saja.” Mendengar itu, nenek Kanaya yang kebetulan ada di hadapan meja depan sofa Arden duduk,