“Tadi pagi kamu ke mana, ... kenapa nomor ponsel kamu sangat sulit dihubungi?” lirih Inara masih menatap ragu Pandu. Ia sampai menahan napas demi meredam rasa kesal pada sikap pria di sebelahnya yang masih saja dingin kepadanya. Di ruang makan yang ada di kediaman Arden, Pandu masih mengabaikan Inara. Terlebih, di sana mereka hanya berdua karena ART yang sempat menyiapkan makan malam untuk mereka sudah undur. Namun tanpa keduanya sadari, Intan yang awalnya akan bergabung dengan mereka, langsung terdiam di depan pintu dan memilih menyimak secara diam-diam. Intan yang memakai piama lengan panjang warna kuning dan sampai dibalut sweter rajut warna pink navy, sengaja menyimak dari tembok sebelah pintu. “Pan?” tagih Inara karena Pandu justru sibuk mengaduk kopi latte tanpa sedikit pun terusik