Daffa kembali mengusap wajah ya kasar di mata seluruh keluarganya perlakuannya pada Kejora selalu saja di komentari ini itu, padahal ia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Kejora.
Dan yang lebih menyakitkan, Kejora lebih memilih pelukan Deva dan Dea ketika dia marah dan terluka.
Padahal ia sudah berusaha mati-matian untuk menjadi sosok ayah sekaligus ibu bagi Kejora.
****
Haloo gaisss, Kejora sudah mulai rutin update yaaa ....
Jangan lupa kasih love dan komentar terbaiknya
****
Setiap dirinya tengah merasa galau karena kembali teringat pada Raya yang kini entah bagaimana keadaanya, Daffa selalu melampiaskan dengan bekerja sangat keras sampai otaknya tidak terus terfokus pada satu wanita yang terus bertahta di hati terdalamnya.
Kafe sudah tutup dari beberapa jam yang lalu, tapi Daffa masih betah berada di ruang kerjanya untuk meracik resep-resep baru untuk menu kafe agar tidak flat dan membosankan.
Meski otak dan tenaganya terus bekerja tanpa henti, tapi Daffa tidak merasa lelah sama sekali karena semangat membesarkan bisnisnya sangat lah besar.
Keinginannya tidak banyak, ia hanya ingin Kejora bisa hidup berkecukupan dan selalu bahagia meski tanpa campur tangan seorang ibu yang membimbingnya.
Ia tidak bermaksud egois, tapi ia memang tidak bisa. Sampai kapan pun ia akan selalu menunggu Raya disini. Meski banyak kemungkinan yang akan menghalanginya.
Dering ponsel mengalihkan perhatian-nya dari layar laptop dan buku catatan di hadapannya.
Saking konsen-nya menyusun menu baru sampai Daffa lupa kalau Kejora masih berada di rumah kakaknya.
"DADDY!! huaaaa, daddy kemana aja!"
Daffa langsung menjauhkan sedikit ponselnya dari telinga karena pekikan Kejora benar-benar bisa mengganggu pendengarannya.
"Daddy kan sudah sering bilang, kalau teriak-teriak nanti pita suaranya putus terus suara Kejora nggak kedengeran lagi."
"Huwaa ... daddy nakal katanya mau pulang cepet terus bawain baby cumi buat Jola!" Kejora mengomel sambil menangis sesenggukan karena Daffa benar-benar lupa dengan janjinya.
"Maaf, daddy lupa. Sebentar daddy persiapan dulu, Jora nggak boleh rewel dan ngerepotin Mama Dea."
"Awas kalau daddy bohong lagi,
Aku nggak mau ngomong sama daddy!"
Saat Daffa ingin membuka suara lagi, Kejora sudah menutup terlebih dahulu sambungan telfonnya.
"Maafin daddy ya," ucapnya sambil tersenyum tipis. Karena kegalauannya tadi, ia jadi lupa dengan janjinya pada Kejora.
Dengan cepat Daffa langsung memeberes kan meja kerja dan membawa laptop serta buku catatan yang baru saja ia gunakan setelah itu langsung bergegas keluar kafe dan berharap ada kedai penjual baby cumi yang masih buka.
Ternyata, setelah berputar-putar lebih dari lima kali Daffa tidak menemuka satupun kedai yang masih buka atau menjual menu baby cumi. Kebanyakan kedai sudah tutup karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
Karena tak juga menemukan penjual baby cumi keinginan Kejora, Daffa membelokkan mobilnya ke outlet penjual martabak manis yang menjadi favorit Kejora selama ini.
Daffa memesan dua martabak rasa cokelat keju dan red valved. Ia juga berharap Kejora tidak mengamuk saat mendapati bukan baby cumi yang ia bawakan.
Setelah menunggu selama beberapa saat, Daffa segera melajukan mobilnya kembali menuju rumah kakaknya yang berjarak tak jauh dari posisinya sekarang. Jadi Daffa hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit saja untuk sampai di rumah Deva.
Daffa langsung turun dari mobil dengan tampang sumringah karena Kejora sudah menunggunya di teras rumah bersama Alfa. Putri kecilnya sudah memakai piyama tidurnya dan wajah yang sudah terlihat tidak bersemangat karena mengantuk.
"Daddy pulang ...." ucapnya dengan ceria dan melangkah mendekati Kejora.
"Mana baby cumi aku, dad?"
Daffa berlutut untuk menyamakan tingginya dengan Kejora.
"Baby cuminya udah nggak ada, jadi daddy bawain martabak manis kesukaan Jora sama kak Alfa," ucap Daffa sambil menunjukkan kantong yang berisi martabak manis super lezat.
"Daddy bohong lagi! aku kan mintanya baby cumi, bukan maltabak!! kenapa sih daddy selalu bohongin Jola!"
Daffa tak menyangka Kejora akan semarah ini, padahal biasanya Kejora mau-mau saja asal itu martabak manis kesukaannya.
"Daddy udah nggak sayang sama aku lagi! daddy jahat!"
Kejora menangis keras dan berlari masuk ke dalam rumah sambil memanggil-manggil nama Dea.
"Kejora dari tadi rewel om, aku juga nggak nakalin dia kok," ucap Alfa memberikan laporannya.
"Maafin Kejora ya, Al kalau dia suka nakalin kamu."
Alfa tersenyum. "Enggak kok, Kejora nggak pernah nakalin aku."
Daffa berdiri dan mengacak rambut lebat Alfa. "Om masuk dulu, Kejora pasti ganggu si kembar lagi bobok."
Daffa berjalan masuk dengan tampang lesu karena Kejora sangat marah padanya.
"Kejora ayo sama Daddy, Papa Deva lagi sibuk."
Kejora semakin menyembunyikan wajahnya di d**a bidang Deva yang tengah menyelesaikan pekerjaannya di ruang tengah.
"Udah, biarin aja dulu," ucap Deva sambil mengusap punggung Kejora yang naik turun karena tangisannya.
Daffa mengembuskan nafas lelah dan ikut menghempaskan tubuhnya di atas sofa.
"Makanya kalau kerja jangan sampai lupa anak! dia dari tadi sore nungguin kamu, mau telfon kamu nggak berani takut kamu marah katanya."
"Aku benar-benar lupa kalau Jora minta baby cumi tadi." Elaknya.
"Kamu kemarin habis marahin dia ya?" Tanya Deva.
Daffa menggeleng karena ia merasa tidak pernah terlalu keras pada Kejora yang notabennya masih anak-anak.
"Nggak mungkin, kamu pasti nggak sengaja bentak dia. Anak kecil itu gampang trauma loh, Daf kamu harus hati-hati perlakuin dia."
Daffa kembali mengusap wajah ya kasar di mata seluruh keluarganya perlakuannya pada Kejora selalu saja di komentari ini itu, padahal ia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Kejora.
Dan yang lebih menyakitkan, Kejora lebih memilih pelukan Deva dan Dea ketika dia marah dan terluka.
Padahal ia sudah berusaha mati-matian untuk menjadi sosok ayah sekaligus ibu bagi Kejora.
"Aku tunggu di luar, kalau dia udah tidur panggil aku." Daffa beranjak meninggalkan Deva dan Kejora dan berjalan menuju ruang tamu dengan wajah yang sendu yang terlihat sangat jelas.
**
Setengah jam kemudian Deva menghampiri dirinya yang merebahkan tubuhnya di atas sofa.
Kejora juga terlihat sudah tertidur di dalam Deva.
"Kamu nggak nginep sini aja, Daf?"
"Enggak, aku pulang aja ada car seat punya Jora di mobil." Daffa segera mengambil alih tubuh putrinya dari gendongan Deva dan segera berpamitan pulang karena tubuh.ya sudah minta diistirahatkan.
"Aku pulang dulu, salam sama buat kak Dea."
Deva mengangguk dan mengantar adiknya sampai di teras rumahnya.
****
Haloo gaiss udah update nihh ...
Jangan lupa buat pencet love biar kalian nggak ketinggalan cerita ini ya ...
Terus komen-komen terbaiknya juga di tunggu selalu, jadi jangan lupa tulis di kolom komentar ya gaisss♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
Follow akun author juga disarankan karena akan banyak cerita-ceeita bsru yang akan datang setiap bulannya. Insyaallah ....