Kontrak

1036 Words
Beberapa saat kemudian, Aleta meletakkan motornya didalam rumah. Ia tutup pintunya dan nyalakan lampu karena hari sudah mulai sore. Aleta berjalan menuju kamar mandi dengan membawa handuk. Ia basuh wajahnya dengan air di wastafel. Membiarkan lama lama wajahnya yang berminyak itu dibubuhi makeup benar benar membuatnya tidak nyaman. Hari ini benar benar melelahkan, Ferry menyebalkan itu! Bisa bisanya ingin membunuh ular yang cantik dan lugu itu! Bisa kan melepasnya atau menangkarkannya ke tempat habitatnya? Benar benar menjengkelkan! Didalam kamar mandi, Aleta pun membuka baju dan celananya. Ia mandi dan sabunan terlebih dahulu. Meski punggungmya terasa amat sakit jika disentuh, bekas luka tadi masih amat terasa. Ia pun menghindari menggosok bagian itu. Tiba tiba Aleta merasa ada orang memperhatikannya dari belakang, Aleta menoleh ke belakangnya. Namun ia tak menemukan apapun. Apakah hanya perasaannya saja? Aleta pun coba mengabaikannya dengan terus sabunan. Namun ia kembali merasakan aura seseorang ada dibelakangnya. Aleta mulai merasa merinding, ia pun cepat cepat mengguyur badannya dan menyelesaikan mandinya. Baru kali ini ia merasakan hal mistis dirumahnya, biasanya ia berani berani saja tinggal dirumahnya sendirian. Ia merasa aneh. Aleta pun segera keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kamarnya. Tak lupa sebelum itu ia nyalakan televisi agar suasana rumah ramai dan tidak sunyi. Selesai memakai baju, ia pun menonton televisi diruang tamu. Ia pilih channel acara tv show yang banyak candaan dan mengundang gelak tawa. Seketika membuat suasana rumah jadi tidak horror dan ramai. Sesekali Aleta tertawa saat menontonnya. Sambil menonton ia melihat ponsel sambil menunggu iklan di tv. Ada WA dari Mirna. "Manajer sinting! Gue kesal banget tau gak! Gayanya udah kayak pemilik restoran aja! Kesel sumpah!" Aleta tersenyum dan langsung membalas. "Yah, begitulah. Kayak enggak tahu aja dia bagaimana?" jawab Aleta di chat. Mendadak Aleta merasa tenggorokannya kering. Ia pun berinisiatif mengambil minum namun ia langsung duduk lagi kala tahu melihat segelas air putih sudah tersedia didepannya, tepat didepan meja. "Perasaan belum ngambil air deh? Kok tiba tiba ada didepan mata? Apa aku lupa ya?" gumam Aleta dan langsung menyelurup air putih itu. Tiba tiba ada suara aneh, ternyata setelah diselidiki lebih jauh, suara itu dari perutnya. "Aish, belum juga ashar udah laper." gumam Aleta. Ia pun segera mendekati kulkas dan cari sesuatu. Hanya ada sayur kangkung dan telur. Ia pun bawa sayur itu dan telur lalu berjalan menuju dapur. Aleta ingin mencari pisau namun tiba tiba saja pisau itu ada di atas meja. "Perasaan tadi enggak ada pisau deh disini?" gumam Aleta. Ia pun mengiris sayurnya, bawang, cabai dan tomat. Ia masukkan semua itu kemudian sayurnya ke dalam wajan. Aleta baru ingat kalau ia belum membeli royco, ia pun berniat mengambil garam di laci. Tiba tiba saat membuka laci ia melihat ada Royco didalam. Aleta merasa aneh, kenapa masih ada Royco padahal kemarin jelas jelas sudah habis. Masa sih ia kembali lupa? "Astaga kenapa aku jadi pikun begini?" batin Aleta. Selesai memasak, Aleta pun segera memakannya sembari menonton didepan televisi. Bisa makan seadanya saja sudah cukup buat Aleta, ia merasa masih cukup beruntung dibanding orang orang diluar sana. Setidaknya ia harus banyak bersyukur meskipun ia baru saja dipecat. Malam harinya Aleta merasa sangat mengantuk, dua jam bertelepon ria dengan Mirna membuat ia lelah, lebih lelah lagi jika mengingat dirinya diomeli hingga sampai dipecat oleh manajernya. Ia benar benar lelah dengan segala hal yang terjadi hari ini. Ia pun merebahkan tubuhnya diatas kasur, meluruskan seluruh tubuhnya dan mulai terpejam. Didalam kegelapan kamar, ia tertidur. Angin hujan menyibakkan gorden yang bersumber dari celah ventilasi. Ular berbadan putih bersih, panjang dan bersisik itu berjalan masuk ke dalam rumah Aleta, melewati ruang tamu, tengah rumah hingga masuk ke dalam kamar Aleta. Ular itu naik ke atas kasur dan dapat terlihat bayangannya yang sedang berdiri diatas tubuh Aleta. Petir menggelegar, kilat diluar menyala nyala. Sesaat muncul bayangan seorang lelaki tampan diatas tubuh Aleta. Ia tersenyum menyeringai sembari melihat wajah lugu gadis incarannya yang sedang tertidur. Ia ambil beberapa helai rambutnya lalu menciumnya. Aleta setengah sadar melihat bayangan samar seorang pemuda diatasnya. Apakah ini mimpi? Tapi kenapa matanya begitu berat hingga tidak sanggup melihat lebih jelas. Aleta pun kembali terpejam karena terlalu mengantuk. Lelaki tampan ini menggerakkan tangannya diatas tubuh Aleta, secara tiba tiba muncul asap biru disekitar tubuh Aleta. Yang ia lakukan saat ini tidak lain adalah menyembuhkan luka di punggung Aleta karena dipukul tadi. Aleta usik usikan meski masih tetap terpejam. Hanya lima menit proses penyembuhan itu, lelaki ini langsung menyudahinya segera. Ia terus tersenyum memandang Aleta, ia merangkak diatas tubuh Aleta dan mulai mencium keningnya dengan tanpa permisi. "Selamat tidur, permaisuriku. Mulai dari saat ini, kau akan menjadi milik sang pangeran." ucapnya seraya mengangkat sedikit kepala Aleta dan ia tempelkan gigi bertaringnya diatas kulit leher Aleta. Ia langsung menggigit leher kanannya hingga sampai Aleta merasa kesakitan, ada obsesi dan sensasi yang ia rasakan saat itu. Namun matanya tak bisa terbuka. Gadis ini masih tetap tertidur. Secara tiba tiba muncul sebuah tanda di leher yang digigit barusan disertai cahaya biru. Ia jilat darah disekitar mulutnya dengan lidah panjang yang keluar. Kontrak telah berhasil dibuat, gadis ini telah resmi menjadi miliknya sekarang. Esok paginya Aleta terkejut saat bangun tidur, ada banyak sisik ular di sekujur tubuhnya bahkan hingga ke atas kasurnya. Aleta tidak percaya, kenapa bisa bisanya ia tidur ditemani sisik ular? Apakah ada ular dikamarnya?! Aleta pun berakhir membersihkan kamarnya pagi itu, mencari cari dimana ular itu bersembunyi. Namun hasilnya gagal, ia tak menemukannya. Berjam jam berlalu ia mencari ular itu disekitar rumahnya dan tetap tidak menemukan. Akhirnya ia pun menyerah mencarinya. Jika ingat dengan ular, Aleta ingat dengan Momo. Ular piton piaraannya yang sangat imut. Mungil, kecil dan lucu. Awalnya Aleta merasa sangat takut dengan hewan berbahaya itu, namun ketika ayahnya membelikan Momo untuk dijadikan hewan peliharaannya, Aleta semakin terbiasa. Meskipun itu dulu, sebelum akhirnya Momo mati dibunuh orang. Setelah mengenal Momo selama bertahun tahun, Aleta merasa memiliki teman, ia yang bisa dibilang antisosial dan jarang keluar rumah sudah merasa cukup setelah memiliki Momo. Sepanjang bergerak sejak tadi, Aleta merasakan sakit di leher kanannya. Ia merasa aneh, apakah karena nyamuk semalam? Ketika dilihat ke cermin, Aleta melihat ada bentuk bekas gigitan dan sebuah tanda yang tidak bisa dihapus. Ia usap berkali kali pun tanda itu mirip seperti tato. Tidak bisa dihapus. Benar benar aneh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD