bc

My Sexiest Hacker (Indonesia)

book_age16+
1.5K
FOLLOW
17.2K
READ
spy/agent
possessive
badgirl
boss
drama
bxg
serious
city
office/work place
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

Happy Reading~

Spin-Off Mr. Lecturer And Me :)

Alasya Guinivera Maddison -37 Tahun-, seorang Hacker terbaik dunia yang sudah terkenal dengan kecakapannya dalam meretas apa pun yang ia inginkan. Ia telah menjadi incaran NSA selama bertahun-tahun dan selalu bisa lolos dari berbagai macam penyelidikan mereka.

Hingga suatu hari ia bertemu dengan Aldebaran Leovard Deansha -27 Tahun- yang merupakan seorang Freelance Interpreter. Awalnya, Aldebaran ingin melaporkan Alasya, namun Alasya mencegahnya dengan memberikan ancaman yang membuatnya tak bisa berkutik. Sampai membuat keduanya terjebak dalam suatu hubungan yang tak bisa Aldebaran hindari.

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Tring... Tring... Tring... Alasya mengerang dalam tidurnya saat telinganya menangkap dering ponsel di sisi kanannya. Ia pun menutup seluruh wajahnya untuk menghalau suara dering tersebut. Namun, tetap saja ia bisa mendengar suara tersebut. Dengan kasar, Alasya menyingkap selimut dari kepalanya kemudian meraih ponselnya di atas meja nakas dengan meraba-raba sekitar karena matanya yang masih sangat berat untuk terbuka. Setelah berhasil mengambil ponselnya, Alasya langsung menjawab panggilan tersebut tanpa melihat nama si pemanggil. “Halo,” sapa Alasya dengan suara serak. “Di mana kau?” tanya si penelepon. “Danish?” tanya Alasya balik yang dijawab dehaman oleh Danish di seberang telepon. “Di Washington,” jawab Alasya. “Washington? Bukankah kau ada di Italia?” tanya Danish bingung. “Aku sudah pindah beberapa bulan yang lalu,” jawab Alasya. “Ada apa kau meneleponku pagi-pagi begini?” tanyanya. “Pagi? Di sini sudah sore,” ujar Danish. “Kau mau kupenggal?” kesal Alasya membuat Danish terkekeh. “I miss you,” jawab Danish. “Akan kututup teleponnya,” ujar Alasya. “Tunggu!” seru Danish. “Aku akan membunuhmu kalau kau meneleponku hanya untuk mengganggu tidurku,” kecam Alasya membuat Danish lagi-lagi terkekeh. “Aku tahu kau sudah menikah. Tapi, kenapa sikapmu jadi berubah drastis seperti ini? Dulu kau tidak seperti ini. Lebih baik kau melajang saja seumur hidup dari pada mengganggu ketenangan hidup orang seperti ini,” gerutu Alasya. “Itulah indahnya menikah, Alas. Kau akan berubah demi istri anakmu. Bukan karena paksaan, tapi perubahan itu datang dari dirimu sendiri,” ujar Danish. “Berhenti bersikap bijak. Kau membuatku mual,” dengus Alasya. “Sekarang katakan tujuanmu meneleponku,” pintanya. “Istriku baru saja melahirkan,” ucap Danish. “Laki-laki atau perempuan?” tanya Alasya. “Laki-laki,” jawab Danish. “Nama?” tanya Alasya. “Noah Atharrazka Isaac,” jawab Danish. “Nama yang tampan. Tapi, kuharap dia tidak sepertimu,” sindir Alasya membuat Danish terkekeh. “Kirimkan aku fotonya,” pintanya. “Mau kau apa ‘kan foto putraku?” tanya Danish. “Aku akan memajang foto keponakanku di rumahku dengan ukuran besar,” jawab Alasya. “Kenapa kau memajang foto anakku dengan ukuran besar? Kau bisa memajang foto anakmu sendiri kalau mau,” ujar Danish membuat Alasya mendengus. “Omong-omong, kapan kau akan menikah? Kau itu wanita, usiamu juga sudah 39 tahun. Semakin tua, kau akan semakin sulit melahirkan,” ujar Danish. “Aku dua tahun lebih muda darimu, Dude. Usiaku masih 37 tahun. Lagi pula, aku tidak berniat untuk menikah. Pernikahan hanya akan mengingat kakiku. Dan lagi, siapa yang mau menikah dengan wanita dengan latar belakang sepertiku? Hidupnya bisa ikut terancam jika hidup bersamaku,” tutur Alasya. “Oh my God! Pembicaraan macam apa ini?! Kau membuat kantukku hilang!” seru Alasya seraya membuka matanya dengan lebar. Ia tak berbohong saat mengatakan bahwa kantuknya telah menghilang. “Itu lebih baik. Kau harus bangun lebih awal dan belajar menjadi seorang istri dan Ibu yang baik,” ujar Danish. “Aku baru tidur dua jam yang lalu, Danish. Kalaupun nanti aku menikah, aku tidak akan mau diperbudak seperti ucapanmu. Bangun pagi? Jangan konyol. Aku tidak akan bangun pagi lalu memasak sarapan untuk seorang pria,” dengus Alasya setelah melihat jam yang baru menunjukkan pukul 06.00 pagi. “Terkadang, hal yang kau hindari adalah hal yang akan kau dapatkan,” ucap Danish. “Omong kosong. Kirimkan saja foto keponakanku sekarang,” pinta Alasya kemudian memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Ia lalu meletakkan ponselnya di samping. Setelahnya, Alasya menghela napas gusar. Akibat Danish yang meneleponnya di pagi hari seperti ini dan mengatakan hal yang tidak masuk akal, alhasil membuatnya tak bisa tidur kembali. Padahal, ia baru tidur selama dua jam setelah mengerjakan pekerjaannya. Alasya lantas bangun dari tidurnya kemudian membawa kakinya melangkah keluar kamar menuju dapur. Setibanya di dapur, ia membuka kulkas, mengambil sekotak susu, lalu langsung meminumnya tanpa perantara gelas. Who cares? Dia tinggal sendiri. Tak ada yang akan melarangnya melakukan apa yang ia inginkan. Seusai meminum susunya, Alasya berdiri di depan dinding kaca yang memperlihatkan luasnya kota Washington. Matahari yang baru terbit dari Timur membuat pemandangan pagi ini tampak sangat indah. Alasya Guinivera Maddison. Tahun ini, ia resmi berusia 37 tahun. Meski begitu, ia masih terlihat seperti berusia 20 tahunan. Efek awet muda yang diturunkan oleh Ibunya. Alasya merupakan wanita keturunan Indonesia dan Amerika. Ibunya berasal dari Sulawesi Selatan-Indonesia, sementara sang Ayah berasal dari San Fransisco-Amerika Serikat. Alasya besar di Indonesia. Sejak kecil, ia sudah sangat tertarik dengan sistem IT dan semacamnya. Hanya saja, saat itu semuanya masih terbatas, jadi ia belum bisa mengembangkan bakatnya itu. Beranjak remaja, barulah ia memutuskan untuk pindah ke San Fransisco, kota asal sang Ayah untuk memulai karirnya sebagai seorang Hacker dan menghentikan pendidikannya secara permanen. Setelah 5 tahun berada di San Fransisco, Alasya pindah ke Milan, Italia. Di sanalah ia berhasil mendapatkan semua pundi-pundi uang yang ia miliki. Mansion, penthouse, mobil, ia berhasil memiliki semua itu hanya dalam 2 tahun setelah kepindahannya ke Milan. Ia bahkan telah membangun beberapa gedung apartemen di berbagai kota untuk menambah asetnya. Dan semua itu berkat keahliannya menjadi seorang Hacker. Dalam 7 tahun tersebut, Alasya telah menjadi seorang Hacker yang sangat disegani oleh seluruh Hacker di dunia tanpa terkecuali. Tak ada seorang pun yang bisa mengalahkan keahliannya dalam meretas. Bahkan sistem pemerintah yang telah memiliki pelindung berlapis-lapis pun bisa ia masuki. Karena itulah, kebanyakan klien-nya berasal dari mafia yang ingin menjadikan isu pemerintahan saat ingin melakukan aksi mereka. Namun, bukan berarti ia tak memiliki klien seorang pejabat negara. Meski semua klien-nya tak menyebutkan nama mereka saat bertransaksi, tapi Alasya bisa mengetahui itu semua saat meretas sistem mereka. Tak ada yang tak ia ketahui di dunia ini. Rahasia sekecil apa pun dapat terlihat oleh matanya. Alasya memiliki beberapa orang yang juga merupakan seorang Hacker untuk menjadi perantara antara ia dan klien-nya. Meski begitu, tak ada satu pun di antara mereka yang tahu identitas Alasya. Karena, sistem yang mereka akses untuk berkomunikasi dengan para klien berasal dari sistem yang Alasya buat dan hanya boleh diakses oleh orang-orang tertentu saja. Namun sebaliknya, saat ia mengetahui semua identitas klien-nya, tak ada satu pun dari mereka yang mengetahui identitas aslinya. Beberapa kali para Hacker mencoba mencari tahu siapa dirinya sebenarnya dengan masuk ke sistemnya, namun tak ada satu pun dari mereka yang berhasil mengetahui siapa ia sebenarnya. Seorang Hacker kelas dunia yang terkenal dengan nama samaran ‘Black Alpha’. ------- “Apa Washington memang selalu padat seperti ini setiap pagi?” tanya Alasya seraya duduk di bangku panjang yang berada di sebuah taman pinggir danau sembari memandangi para pejalan kaki yang berlalu-lalang di depan dan belakangnya. Setelah menerima telepon dari Danish tadi, Alasya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar penthouse-nya untuk menghabiskan waktu sebelum ia tertidur kembali. Dan karena ia tak pernah keluar saat pagi hari, jadilah ia merasa bingung dengan situasi Washington yang sudah sangat padat pagi ini. “Belilah bunga ini,” ucap seorang pria kecil yang menghampiri Alasya. “Bunga mawar, ya,” gumam Alasya. “Di mana orang tuamu? Kenapa kau yang berjualan bunga? Bukankah harusnya kau berada di sekolah?” tanyanya. “Kata Mommy, Daddy sudah pergi ke surga. Mommy ada di sana, berjualan bunga juga sepertiku,” jawab pria kecil tersebut seraya menunjuk seorang wanita berusia 30 tahunan yang juga tengah berjualan bunga di seberang sana. “Siapa namamu?” tanya Alasya. “Namaku Elias,” jawab pria kecil bernama Elias tersebut. “Baiklah, Elias. Berapa usiamu dan di mana kau tinggal?” tanya Alasya. “Usiaku 8 tahun. Aku tinggal tak jauh dari sini,” jawab Elias. “Berapa harga bunga ini?” tanya Alasya. “Hanya 2 dolar,” jawab Elias. “Kalau begitu, aku beli semuanya,” ucap Alasya. “Semuanya?” tanya Elias terkejut. “Ya,” jawab Alasya seraya mengeluarkan uang 100 dolar dari dompetnya kemudian memberikannya pada Elias yang lagi-lagi tampak terkejut. “Uangmu terlalu besar, Nona. Harga bunganya hanya 20 dolar,” ujar Elias. “Aku tidak memberimu hanya untuk harga bunganya. Tapi, kau juga harus memberiku ciuman,” ucap Alasya. “C, ciuman?” tanya Elias tergagap. Kedua matanya membesar merespons ucapan Alasya. “Mm-hm,” jawab Alasya sembari menunduk dan menunjuk pipinya. “Apa cukup dengan itu?” tanya Elias. “Kalau aku bilang tidak, apa kau mau menikah denganku?” tanya Alasya. “Aku masih terlalu kecil untuk menikah,” ucap Elias membuat Alasya terkekeh. “Kalau begitu, cukup cium kedua pipiku,” ujar Alasya seraya menyodorkan pipinya pada Elias. Elias yang tampak ragu pun akhirnya memberikan kecupan di kedua pipi Alasya yang setelahnya membuat kedua pipinya memerah. “Astaga, kau sangat lucu,” ucap Alasya sembari mencubit pipi Elias. “I, ini,” ujar Elias seraya memberikan keranjang yang berisi sepuluh tangkai bunga mawar pada Alasya. “Ambil saja untukmu. Aku membelinya untukmu,” ucap Alasya membuat Elias bingung. “Sebenarnya aku membayarmu hanya untuk mendapat ciuman darimu,” jelasnya yang kini bahkan membuat telinga Elias ikut memerah. “Kau pasti akan menjadi pria yang sangat tampan saat besar nanti. Sayangnya aku terlahir jauh lebih dulu sebelum kau lahir,” gumam Alasya. “Kau bisa menungguku saat aku besar nanti,” ucap Elias mantap. “Dan saat kau besar nanti, aku sudah menjadi seorang nenek,” ujar Alasya. “Elias!”. Panggilan itu membuat Elias dan Alasya sontak menoleh pada wanita yang tadi Elias tunjuk. “Pergilah, Ibumu memanggil,” pinta Alasya yang diangguki oleh Elias. Sebelum beranjak dari sana, Elias menyempatkan dirinya untuk mengecup pipi Alasya sekali lagi lalu berlari meninggalkan Alasya. “Kecil-kecil sudah jadi pencuri, bagaimana saat dia besar nanti? Mungkin dia akan mencuri ribuan hati para wanita,” gumam Alasya menatap kepergian Elias. ------- Setelah puas menikmati pemandangan pagi hari selama satu jam, Alasya memutuskan untuk kembali ke penthouse-nya. Tak lupa ia membeli beberapa roti yang dijual di toko dekat gedung penthouse-nya. Sesampainya di penthouse, Alasya langsung menanggalkan pakaiannya hingga hanya tersisa pakaian dalam saja. Baginya, berpenampilan seperti itu lebih nyaman dari pada memakai pakaian. Lagi pula, ia tinggal sendirian jadi tak ada yang akan melihatnya di sini. Sembari memakan roti yang ia beli tadi, Alasya mulai berselancar di media sosial melalui ponselnya. Tak ada yang menarik, semuanya sama saja. Politik dan selebriti. Tak ada yang menyadari kalau semuanya saling terkait satu sama lain. Hingga membuat Alasya merasa bosan. Dzz... Dzz... Dzz... Suara itu berasal dari komputer Alasya yang berada di ruang kerjanya. Ia lantas segera mengambil sebuah laptop yang berada di sampingnya. Laptop yang secara otomatis tersambung pada komputernya hingga ia tak perlu susah payah melangkahkan kakinya untuk melihat apa yang terjadi pada komputernya. Tak hanya laptop, tapi ia juga menghubungkan komputernya pada ponselnya hingga ia bisa mengakses komputernya kapan pun dan di mana pun. Alasya segera membuka pesan yang masuk dari salah satu orangnya dengan nama samaran Red Spider. Meski sebenarnya percuma saja mereka menggunakan nama samaran. Karena pada akhirnya, ia juga akan mengetahui siapa mereka sebenarnya. Tapi ya, Alasya hanya menganggapnya sebagai formalitas semata. Saat membaca pesan tersebut, senyum Alasya seketika terukir. Setelah satu minggu ia tak melakukan apa pun dan hanya mengurung diri di penthouse, akhirnya ia memiliki misi baru untuk dikerjakan. Misi yang lumayan menarik. ------- Ada yang masih ingat sama Alasya? Hayo lho... >_< Love you guys~

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
101.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.2K
bc

My Secret Little Wife

read
95.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook