Luka di tangannya yang tidak begitu parah tersebut akhirnya telah sepenuhnya kering setelah empat hari. Yasmin tidak lagi membalut lukanya dengan kasa. Ia biarkan kulit yang mulai mengelupas itu terekspos sempurna. “Itu ... luka apa, Yas?” Suara bariton yang tidak asing itu mengusiknya. Yasmin cukup terkejut ketika memiringkan tubuh dan mendapati Biantara ada di sana. Sejak kapan pria tersebut datang? Padahal, ia tidak mendengar sedikit pun suara mobil yang masuk ke pekarangan rumah. “Mas Bian? Kok, Mas Bian di sini?” Biantara, adik iparnya itu mengangguk, kemudian duduk di seberang meja Yasmin sebelum dipersilakan. Ia tatap luka itu, kemudian menarik pelan tangan Yasmin. “Ini bukan perbuatan Bang Hans, ‘kan?” Tebakan itu membuat Yasmin salah tingkah, tetapi dengan segera w