“Kenapa beli ini?” Aku mengacungkan boneka kucing yang sedang tersenyum berwarna krem itu. Sedetik lalu, saat kami sudah berdiri di depan kasir, Naufal tiba-tiba berlari kembali ke dalam toko. Bilang tunggu padaku dan pada kasir. Kupikir ada sesuatu yang terlewat belum ia ambil. Rupanya ia mengambil boneka ini. “Untuk kamu.” Ia tersenyum. Dari dulu, dari pertama aku mengenalnya, Naufal tak berubah. Ia ramah dan baik pada siapapun. Senyumnya yang menawan selalu mampu memesona siapapun. Aku mendengus. “Aku nggak minta, Fal.” “Siapa yang bilang kamu minta? Aku mau belikan buatmu, kok.” Aku melirik kasir yang sedang bertugas. Ia tersenyum canggung melihat kami bertengkar seperti anak kecil. Akhirnya aku mengalah, meletakkan boneka itu di atas meja. “Kamu nggak suka?” Tanya Naufal sembari