Juan duduk diam di kursi ruang kerjanya. Kepalanya terasa berat, sementara pikirannya berputar tanpa henti, memikirkan Monik, Lucy, dan anak yang mungkin sedang tumbuh di rahim Monik. Setiap keputusan yang ia pikirkan tampak salah, seperti tidak ada jalan keluar dari mimpi buruk ini. Dia meremas wajahnya dengan kedua tangan, frustrasi. Dia menatap kembali tespek di atas meja. Benda kecil itu terasa seperti bom waktu yang siap meledakkan kebahagiaan yang baru saja dia raih bersama Lucy. Seluruh dunia Juan yang baru saja dipenuhi kebahagiaan mendadak terancam runtuh. Pikirannya kembali pada wajah Lucy saat memberitahunya bahwa dia hamil lagi. Wajah yang berseri-seri penuh cinta. Bagaimana dia bisa menghancurkan kebahagiaan itu? Bagaimana mungkin dia menjelaskan bahwa ada wanita lain yang j