Entah bagaimana caranya Yoga bisa masuk ke dalam kamar Yasinta. Yasinta dan Yoga sudah dan sudah di penuhi gairah dan nafsu.
Tepat pukul dua malam. Windu terbangun dan keluar dari kamarnya. Ia belum menyadari kalau Wibisono sudah berada di kamarnya dn tertidur di sofa.
Windu berjalan pelan melewati kamar tidur yang di tempati oleh Yasinta, istri pertama Wibisono. Suara desahan dan erangan begitu jelas terdengar di telinga Windu hingga tubuh Windu ikut merinding.
Langkah kakinya di percepat, Windu turun ke bawah menuju dapur untuk mengambil air minum. Tenggorokannya terasa sangat kering sekali. Windu hanya ingin berdamai dnegan dirinya sendiri dan tetap berusaha menjadi istri yang setia dan baik selama ia masih terikat SAH dalam ikatan perkawinan dengan Wibisono.
Windu membuka lemari pendingin dan mengambil air minum dan menegak habis air minum yang ada di gelas.
'Mas Wibisono sama Mbak Yasinta? Ya, Tidak masalah sih. Mas Wibisono mau tidak bersamaku dan bersmaa Mbak Yasinta. Toh, aku dan Mbak Yasinta sama -sama berstatus istri. Aku tidak akan marah,' batin Windu di dalam hatinya.
Setelah selesai minum, Windu pun kembali naik ke atas. Melewati kamar tidur itu lagi dan lagi -lagi suara desahan dan erangan itu semakin keras dan terdenhgar sangat menikmati. Windu hanya bisa mengulum senyum. Ia memang tidak pernah melakukan hal itu, tapi setidaknya Windu adalah perempuan dewasa yang tahu tentang hal itu. Windu pernah belajar tentang s*x education waktu di sekolah.
Windu tak peduli, menutup telinganya untuk tidak mendengar hal -hal yang seharunya tak di dengar. Ia kembali ke kamarnya dan menutup kembali pintu kamar itu. Baru beberapa langkah, Windu amat terkejut mendapati Wibisono, suaminya tidur di sofa. Lalu? Di kamar tadi? Yasinta dengan siapa?
Windu menatap Wibisono dengan sendu. Apakah Mbak Yasinta mengkhianati Mas Wibisono? Windu sangat tak percaya dengan kejadian ini. Semuanya bagaikan mimpi. Yasinta yang begitu baik, lemah lembut dan penurut. Mana mungkin berbuat se -nista itu dan se -hina itu.
Ia berjalan menuju tempat tidur dan duduk di tepi ranjang. Tak lama Wibisono pun membuka kedua matanya dan emnatap Windu yang terlihat gelisah dan gugup.
"Kenapa kamu tampak gelisah? Kalau perlu sesuatu ambil saja. Anggap saja rumah kamu sendiri," ucap Wibisono pelan. Ia berusaha menutup kedua matanya kembali.
"Iya Mas. Baru saja Windu ambil minum di bawah," jawab Windu lembut.
"Oh ya sudah. Maaf ya, kalau Mas memang tidak comfort dnegan pernikahan ini. Mas tidak bisa mengkhianati Yasinta sebagai istri Mas yang paling baik dan setia," ucap Wibisono menjelaskan.
Windu hanya mengangguk kecil dan tersenyum lebar.
"Iya Mas gak apa -apa. Maafkan Windu kalau Windu salah," ucap Windu pelan.
"Tapi ... Kamu mau bantu Mas gak?" tanya Wibisono pelan.
"Bantu apa Mas? Bukankah membantu suami juga kewajiban istri?" tanya Windu kembali.
"Jangan terlalu forml Windu. Bukankah kamu yang bilang ini hanya pernikahan kontrak? dan Yasinta yang menginginkan?" tanya Wibisono kembali.
Windu hanya mengagguk kecil dan berusaha tersenyum kecut. Windu masih kepikira dengan suara -suara nikmat tadi. Entah dengan siapa Yasinta melakukan itu semu dengan mudahnya membawa pria lain masuk ke dalam rumahnya.
"Bantu Mas mencari tahu alasan Yasinta melakukan ini. Sampai detik Mas masih merasa Yasinta tak mungkin tega melakukan ini kepada Mas. Pasti ada orang lain yang menyuruhnya," ucap Wibisono pelan dan menegakkan duduknya.
"Mbak Yasinta menginginkan keturunan antara Windu dan Mas Wibisono," ucap Windu pelan.
"Keturunan? Mas gak salah dengar?" tanya Wibisono pelan.
"Enggak. Memangnya kenapa? Kita sudah menikh? Kalau memang Mas Wibisono ingin punya anak dengan Windu. Windu tak masalah," ucap Windu pelan.
Wibisono membuka selimut dan berjalan ke arah Windu.
"Mas ingin jujur pada kamu. Mas itu lemah syahwat," ucap Wibisono pelan dan duduk tepat di samping Windu.
Ucapan Wibisono sontak membuat Windu terkejut dan menoleh ke arah Wibisono.
"Apa? Windu gak salah dengar Mas?" tanya Windu bingung.
"Ya. Itu memang keadaan sebenarnya. Mengapa Mas dan Yasinta sampai sekarang belum juga di karuniai anak atau keturunan. Tak hanya itu saja, Mas juga tak bisa membahagiakan Yasinta dalam urusan ranjang. Makanya Mas begitu sayang dengan Yasinta, istri Mas. Ia tidak banyak menuntut, penurut, dan setia. Mungkin kamu bisa lihat kan? Yasinta seperti apa?" puji Wibisno yang selalu mengagungkan Yasinta.
Windu hanya bis amenyimak semua penjelasan Wibisono. Fix, Yasinta ingin mencari kebebasan tanpa ada yang menyalahkan dia dengan hadirnya Windu sebagai istri kedua.
"Kalau masalah dengan Mbak Ysinta. Windu jujur tidak mau tahu. Mungkin akan lebih baik jika Windu ikut orang tua Windu saja. Windu tinggal di sana," ucap Windu pelan.
"Untuk apa? Biarkan kamu di sini. Bukankah ini permintaan Yasinta?" tanya Wibisono pelan.
"Iya. Memang begitu. Dalm kontrak pernikahan ini satu tahun saja," ucap Windu pelan.
"Ya sudah jalani saja selma satu tahun ini. Mas tidak akan menyentuhmu, jadi kalau kamu suatu hari menikah kamu masih perawan dan bisa mempertahankan kegadisan kamu untuk lelaki yang benar -benar mencintai kamu dan kamu cintai," ucap Wibisono pelan menjelaskan.
"Mas ... Boleh Windu tanya sesuatu?" tanya Windu pelan dan agak ragu. Ia takut Wibisono merasa tersinggung dnegan pertanyaannya.
"Apa? Boleh," jawab Wibisono lembut. Ia mulai bisa menerima kehadiran Windu. Paling tidak untuk teman bicraa dan berdiskusi.
"Pertanyaan yang menyangkut privasi? Tidak apa?" tanya Windu kembali dengan penuh keraguan.
Wibisono tertawa dan mengangguk pelan.
"Silahkan. Mas janji tidak akan marah," ucap Wibisono pelan.
"Ekhemm ... Bagaimana bisa Mas lemah syahwat? Apakah memang sejak kecil atau Mas baru mengalami suatu trauma?" tanya Windu memberanikan diri bertanya.
Windu pernah membaca artikel tentang ini dan ternyata pria itu bisa sembuh total dan akhirnya bisa memiliki keturunan.
Wibisono menatap Windu lekat. Ia tidak marah, cumaia merasa Windu peduli dan perhatian soal ini. Karena selama ini Yasinta tidak pernah mau tahu soal ini dan tak perah bertanya apapun tentang kekurangannya ini.
"Panjang ceritanya Windu. Apa kamu yakin mau mendengarkan Mas?" tanya Wibisono pelan.
"Dengan senang hati Mas. Mungkin kita bisa cari solusinya jika masalahanya ketahuan," jawab Windu pelan.
Wibisono mengangguk pelan Ia mencoba menceritakan akar permasalahan sejak awal.
"Kamu yakin Mas bisa sembuh?" tanya Wibisono pelan.
"Yakin. Semua pasti ada kemungkinan asal sabar," ucap Windu pelan.
Usia Windu memang masih muda. Dulu sewaktu SMA, Windu bekerja paruh waktu di perpustakaan umum. Banyak buku yang ia baca, bukan hanya novel, komik, sains, tapi juga tentang kehidupan, kesehatan, life style dan banyak seagainya. Mungkin saja, ilmu dan pengalaman dari buku -buku itu bisa memberikan solusi dan saran untuk Wibisono.