Anisa meremas telapak tangan Zidan yang berada dalam genggamannya dan itu mencuri perhatian Widyawati yang baru saja keluar menampakkan diri. Di mata Andrean, apa yang Anisa lakukan mungkin terkesan biasa saja karena anak lelaki Widyawati tersebut sering menyaksikannya. Namun hal itu jelas berbeda dengan Widyawati. Hati kecil ibu satu anak itu tak membenarkan apa yang dirinya lihat– semua terkesan janggal. “Tante..” Anisa berdiri menyambut kedatangan Widyawati di ruang tamu wanita itu. Ikatan tangannya dengan Zidan telah terlepas, tergantikan dengan sentuhan agar Zidan juga bangkit mengikuti dirinya. Widyawati semakin menaruh curiga. Pasalnya apa yang dilakukan Anisa benar-benar mengganggunya. Seperti dirinya di kala muda dahulu, ia tahu benar jenis persahabatan yang tengah dijalin cal