Andrean membuang wajahnya. ‘Zidan, Anjing!’ makinya dalam hati. Karena ulah sahabatnya yang bijaksana, ia harus menyaksikan kekasihnya kembali ke dalam pelukan laki-laki lain. Baru satu jam lalu tubuh itu masih berada di dalam dekapannya dan sekarang ia hanya memeluk guling sembari menggigit jarinya. Hidung Andrean kembang kempis. Segala makian yang tertuju untuk Zidan mengalun bagai musik pengantar kematian. Ia akan membuat perhitungan nanti. “Sayang, makasih kamu udah mau nerima aku lagi. Aku janji nggak akan cemburu ke Zidan atau Andrean.” ‘Bagus.. Lo emang nggak boleh cemburu ke gue, Dodol!’ Masih di dalam hati, pria kesayangan Anisa itu mencak-mencak tak karuan arah demi meluapkan emosinya yang tertahan. “Maafin aku.. Semalem aku pasti ngerepotin kamu banget.” “Lebih tepatnya gue