“Satu suap lagi.. Abis itu nggak apa udahan.” Andrean mengerucutkan bibirnya saat Anisa menggelengkan kepala sembari menutup mulut dengan tangannya sendiri. “Ayolah, Sayang. Demi anak kita.” pintanya agar Anisa mau menerima kembali suapan darinya. “Mual..” tolak Anisa. Perutnya sedang tak bisa diajak berkompromi pagi ini. Apapun yang Andrean sodorkan berhasil membuat isi perutnya bergejolak seakan ingin dikeluarkan kembali. “Sekali aja..” Rayu Andrean. "Aku beneran janji abis ini, aku nggak maksa lagi." setidaknya satu suap ini akan melindungi lambung Anisa yang harus menelan obat nanti. “Makan sendiri sana!” Anisa melipat kedua tangan ke atas dadanya. Matanya menatap Andrean tajam karena pria itu sama sekali tidak memahami dirinya. “Dibilang mual, batu banget. Kalau laper nanti aku ju