“Tuan. Saya merasa melihat nona Wawa di kantor. Apakah saya salah lihat orang?” Tatap Jamal assisten pribadi Delon yang baru sejak dirinya menjabat sebagai CEO di salah satu perusahaan milik ayahnya. ”Jangan becanda, Jamal. Aku sedang tidak ingin becanda hari ini….” Delon duduk dengan tenang, kedua netranya menatap ke arah monitor, sesekali tangannya mengoreksi layar monitor laptop layar sentuh yang dia gunakan. “Lihatlah, betapa tidak becusnya orang-orang di perusahaan ini.” Dengkusnya kesal. ”Ta-tapi, Tuan….” Jamal terlihat ragu, melihat keseriusan tuannya. ”Jamal. Aku tahu, kau sedang santai. Tapi, cobalah kau periksa semua monthly meeting yang di kirimkan sekretaris perusahaan. Bandingkan dengan report yang diberikan para direksi. Kenapa beda? Ada apa dengan perusahaan ini?” Gerutun

