Bath Up

975 Words
“s**t! Siapa itu?! Beraninya?” Giginya gemeretak dan mencengkeram bahuku kuat, aku nyaris memekik, tapi, aku hanya meringis kesakitan. “Omm…biar wawa buka dulu. Siapa tahu itu penting…” jawabku lagi membuat om Delon mendengkus kesal. “Emang siapa yang lebih penting dari aku, hmm?” Tatapnya sedikit kesal. Aku hanya membalasnya dengan senyum. ”Om, kita ini lagi di acara keluarga, wajar banyak keluarga yang datang dan pergi silih berganti. Jadi, om tenang aja dulu di sini. Nanti, kalau emang memungkinkan harus sembunyi, om pinter-pinter deh sembunyi dimana…” balasku dengan senyum mengoda. Aku memmperbaiki moodku terlebih dahulu. Sedangkan om Delon justru meraih gelas dan menuangkan wine ke dalam gelas lalu meneguknya. Melihatnya kurang nyaman, aku juga sedikit waspada, aku menyingkirkan seluruh pakaian om Delon dan berbisik. “Om, aku simpen di sini, ya?” Bisikku memasukkan pakaian om Delon ke dalam lemari gantung di bathroom mewah itu. Bergabung di antara handuk dan kimono. Akuu segera meraih kimono yang tersusun rapi di atas rak dalam bathroom. “Sayang…jangan lama, ya?” Bisik om Delon, menghentikan langkahku, dan membuatku menoleh lalu mengangguk dengan senyum. Sebelum pergi, aku menutup tirai pembatas bath up. Lalu melangkah menapaki lantai bathroom dengan memamerkan kaki jenjangku yang setengah basah dan memperlihatkan keindahannya. Aku terus melangkah meninggalkan om Delon yang masih di dalam bath up. Aku melangkah keluar dan menuju pintu utama kamar ini. ”Siapa?” Tanyaku sebelum membuka pintu, membuat suara orang di seberang menjawab kesal. ”Saya, Wa.” Tegas suara di seberang membuatku menelan ludah. “Momo…” bisikku panik. Tanganku bergetar, wajahku memanas, karena mengetahui suara siapa di balik pintu. TOK! TOK! TOK! ”Buka cepat, Wa!” Tegas suara Momo. Dan mulai rusuh mengetuk pintu dengan kasar. Aku tahu dia mulai murka. ”Iya, Mo. Bentar, Mo…” aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya sebanyak tiga kali. Aku tidak ingin terlihat ada yang mencurigakan. Setelah memperbaiki mimik wajahku, aku akhirnya membuka pintu. “Ada apa, Mo? Wawa lagi mandi…” jawabku lagi dengan cepat. Tanganku terkepal erat, untuk meyakinkan hatiku bahwa semuanya baik-baik saja. ”Buka pintu lama banget! Lagi sama siapa kamu?!” Tatapan mata Momo seperti ingin mengulitiku. Momo ini adalah asisten pribadi tante Helga. Maklum saja, tante Helga adalah seorang artis, sehingga wajah dia memiliki asisten pribadi seperti Momo cuma, Momo ini terkadang sangat kelewatan terhadapku. Dia merasa bahwa dia adalah orang kepercayaan tante Helga, sehingga dia semena-mena pada kami penghuni rumah itu. Kecuali om Delon ada, dia baru bersikap sok manis, bahwa dia adalah wanita berhati malaikat. Dia kerap kali mencuri-curi kesempatan untuk bisa berduaan dengan om Delon. Sayangnya, om Delon memang tidak menaruh perhatian padanya sama sekali. Di rumah, om Delon adalah pria yang sangat dingin. Dia lebih memilih mengurung diri di ruangan kerjanya, dibanding berinteraksi dengan kami semua, termasuk dengan Dara yang awalnya aku pikir Dara adalah anak kandungnya. Dan aku sempat salah sangka, jika om Delon pembenci anak-anak. ”Ya, namanya juga lagi mandi, Mo. Masak iya, aku kudu telanjang bukain kamar. Iya kalau yang masuk cewek. Ternyata cowok gimana?” Godaku pura-pura tenang. “Ya, gak selama ini juga lah, ambil kimono. Tinggal lilit. Kecuali kalau kamu bereskan sesuatu dulu di kamar?” Tanyanya dengan penuh selidik, menatap wajahku seolah mencari jawaban kebenaran dari mimik wajahku. “Namanya juga mandi, kan air berisik, gak langsung denger tau kalau ada ketukan.” Kilahku cepat. “Alesan aja kamu!” Ketusnya. “Bukan alesan. Kamu aja kalau mandi suka lama, kan?” Tanyaku lagi menatap Momo, agar dia tidak curiga. ”Hmm…aku lagi nyari tuan Delon. Kamu lihat tidak?” Tatapnya sambil melihat ke sekeliling ruangan. Dan untungnya, sepatu om Delon juga ada di dalam bathroom dan sudah kau simpen semua. “Emang om Delon kemana? Kok nyari sampai kesini?” Tanyaku heran dan berusaha mencegah Momo untuk melangkah masuk ke dalam. ”Yah! Siapa tahu. Kalian kan sudah satu malaman bersama. Siapa tahu kamu yang murahan ini sengaja menggoda tuan Delon.” Geramnya aku tahu dia terbakar cemburu karena mendengar kabar kalau aku dan om Delon terjebak di tengah hutan. ”Gak lihat kamu tempat tidur aku serapi ini? Lagian, aku tadi gitu masuk langsung mandi kok? Dan kamar perasaan aku kunci. Gak mungkin om Delon masuk tanpa izin. Gak pernah om Delon gak sopan gitu…” sahutku masih mencoba menguasai diri dan tetap luwes. ”Namanya lelaki. Kalau udah di kasih sama wanita, dia bakalan lengket terus lah! Dasar gatel kamu!” Geramnya mencengkeram lenganku. ”Ngasih apa? Aku perasaan belum pernah ngasi apa-apa ke om Delon deh…” sahutku mencoba menetralkan amarah Momo. ”Udahlah! Bacot aja kamu. Jangan sampai tuan Delon ada di kamar ini. Kalau sempat kedapatan tuan Delon ada di sini, mati kamu aku buat, ngerti?!” Hardik Momo membuatku menelan ludah dan terasa tersekat di tenggorokan. ”Kamu mau periksa kamar ini? Ayo periksa lemari. Biar kayak di film-film pada sembunyi di balik lemari…” kilahku dengan penuh percaya diri membuka pintu lemari. Terdapat beberapa piyama baru di sana. Dan anehnya piyama itu di peruntukkan untuk pria dan wanita. “Nih! Gak ada siapa-siapa di lemari…” jelasku membuat Momo kesal. ”Kamu gitu pede gak ada di kamar ini? Atau, jangan-jangan di kamar mandi?” Tatap Momo dan langsung membesarkan matanya, seolah dia teringat sesuatu. “Nah! Iya, info tuan Raksa, tuan Delon izin ke beliau untuk mandi. Dan tuan Delon sampai sekarang belum kelar. Sedangkan tuan Winata sedang menunggu.” Tegasnya lagi lalu melangkah ke arah bathroom, membuatku seketika terdiam dengan tubuh bergetar. ”Awas kamu kalau sampai aku menemukan kau berani bermain api dengan tuan Delon! Mati kamu aku buat!” Tatapan Momo bak sorot mata membunuh, tajam menusuk hingga ke jantungku, membuat kedua tungkai kakiku lemas dan bibirku terkatub rapat tak bisa berkata karena rasa takut yang dalam. Langkah kakinya terus menuju ke arah bath up berada.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD