Bab 24 – Fitnah Membara

1000 Words

Pagi itu, Aruna bangun lebih awal. Matanya masih sembab karena semalaman tak bisa tidur. Ia menyiapkan sarapan seadanya, meski tangannya gemetar. Setiap gerakan terasa berat, seolah rumah itu kini menjadi sangkar besi yang menjeratnya. Karina turun dari kamar dengan wajah segar, senyum tipis menempel di bibirnya. “Wah, Kak, rajin sekali pagi-pagi sudah masak. Mas Radit pasti senang.” Kalimat itu terdengar manis, tapi nada suaranya penuh ejekan terselubung. Aruna hanya menunduk, mencoba menahan diri. Ia tahu, meladeni Karina hanya akan membuat suasana semakin panas. Raditya datang tak lama kemudian. Rambutnya acak-acakan, wajahnya terlihat letih. Ia duduk di meja makan, menatap piring tanpa selera. Aruna memberanikan diri meletakkan nasi di depannya. “Mas, makan dulu. Nanti telat ke kant

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD