Sejak dipanggil ke kantor polisi, hidup Aruna tak lagi sama. Tatapan orang-orang di sekitar rumah kini terasa seperti pisau yang menusuk kulitnya. Tetangga yang dulu menyapanya hangat, kini menatap dengan bisik-bisik penuh prasangka. “Kasihan ya, padahal istrinya kelihatan baik…” “Kalau sudah urusan laki-laki, siapa pun bisa lupa diri.” Bisikan-bisikan itu terdengar jelas di telinga Aruna. Ia pura-pura tidak peduli, namun setiap kata menancap di hatinya. Sementara Raditya, yang biasanya mampu menenangkan, justru semakin dingin dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Malam itu, suasana rumah mencekam. Raditya duduk termenung di ruang kerja, menatap dokumen perusahaan tanpa benar-benar membacanya. Foto-foto yang dikirim ke ponselnya beberapa hari lalu masih membayang jelas: Aruna dengan seo

