“Apa-apaan kamu, Sandra? Menikah? Berandalan mana yang kamu pungut di jalanan, hah?” Bukannya marah mendengar kalimat yang pertama meluncur dari mulut mamanya, Sandra justru tersenyum lebar. Senang mendengar suara marah wanita yang sudah melahirkannya itu. "Jangan gila. Batalkan rencanamu itu, anak b*doh!" Oh, apalagi ditambah kalimat kedua. Sandra tersenyum semakin lebar. Dia bisa membayangkan dua tanduk mulai muncul di kepala mamanya. “Sandra!” Sandra merapatkan sepasang bibirnya. Menahan tawa yang sudah akan meledak. Gadis itu kemudian berdehem sebelum akhirnya menjawab. “Mama tidak perlu marah. Ini hidupku. Aku yang memutuskan. Bukankah selama ini mama tidak pernah peduli padaku? Pada semua yang kulakukan? Kenapa sekarang mama peduli?” tanya beruntun Sandra. Suara gadis itu terde