When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Hari Minggu ini, hari peresmian Rumah Kawin, sebuah Rumah jahit yang didirikan oleh Edwin bekerjasama dengan Karina sebagai penjahit dan Kanaya sebagai fashion designer setelah dia pulang dari summer course nya di Milan, dua bulan lagi. Untuk sementara Karina dibantu oleh seorang penjahit dan seorang pemasang mote kebaya. Mereka berdua ini adalah murid dari SMK Paramitha tempat dulu Kanaya bersekolah. Kanaya yang mengusulkan kepada mamanya untuk mengambil murid tamatan dari sekolahnya itu. Sabtu lalu , saat Edwin bertanya, bagaimana cara terbaik untuk mempromosikan rumah jahit ini, Kanaya dengan pintarnya memikirkan cara promosi yang jitu dan menyampaikannya pada Edwin " Gimana kalau kita pilih dua calon pengantin dari tamu undangan yang hadir dan kita buatkan kebaya pengantinnya secara