bc

Imamku Sang Billionaire

book_age16+
5.3K
FOLLOW
40.7K
READ
billionaire
family
CEO
billionairess
sweet
bxg
icy
office/work place
regency
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Aku terlahir dan hidup dipenuhi gelimang harta yang tak ada habis-habisnya. Tapi siapa yang menduga, jika di balik hidupku yang begitu luar biasa mewah dan mudah ketika menginginkan apapun, ada seonggok luka besar yang menganga tanpa bisa kuobati dengan semua hal yang aku miliki.

Lalu kau pun datang, Aleysha, meghadirkan sebuah kenyataan bahwa bahagia bukanlah hanya sekedar bergelimang harta atau kemudahan saja. Dan ketika aku menyadari bahwa kau adalah sumber bahagia dalam hidupku, aku sudah tak mampu lagi meraihmu yang kini telah menjauh.

Apakah aku harus menyerah dan memasrahkan hidupku tanpa kehadiranmu lagi?

- Rafael Maurinho -

chap-preview
Free preview
PROLOG
Aleysha telah mempersiapkan semua keperluan rapat yang dibutuhkan oleh Rafael Maurinho–atasannya–sebelum pria itu tiba di kantor dan mulai mengamuk karena perkara kecil. Semuanya telah ia perhitungkan dengan matang dan juga teliti, agar mood Rafael tidak perlu terusik dengan hal-hal yang tidak penting. Sebuah Lamborghini Veneno berwarna hitam masuk ke halaman gedung empat puluh lantai yang memamerkan nama perusahaan besar dan terkenal milik keluarga besar Maurinho, yaitu Global Extending Corp atau yang biasa disebut GEC oleh banyak kalangan. Pintu bagian belakang Lamborghini itu terbuka setelah Dion–supir pribadi Rafael–membukakannya agar Rafael tak perlu kerepotan keluar dari sana. “Bu Aleysha, Pak Rafael sudah tiba,” ujar salah satu penjaga keamanan di gedung itu. Aleysha terlihat sangat kaget dengan pemberitahuan itu, ia pun buru-buru meraih buku catatannya lalu berlari keluar dari ruang rapat menuju lantai dasar untuk menyambut kedatangan Rafael, sebelum pria itu kembali menggerutu karena tak disambut oleh Aleysha seperti beberapa hari yang lalu. Seorang pria tampan berbadan tegap, atletis, dan penuh wibawa benar-benar keluar dari dalam mobil tersebut. Pesona yang selalu membuat wanita manapun tergila-gila ketika menatapnya pun menguar begitu saja ketika sosoknya berjalan di atas permadani merah yang selalu tersedia di halaman depan kantor. Aleysha pun segera merapikan jilbabnya yang tak beraturan akibat berlari dari lantai enam melalui tangga darurat saat lift tak bisa digunakan. Ia tersenyum untuk menyambut kedatangan Rafael yang selalu berwajah datar. Rafael menatapnya, seraya memperhatikan bagaimana pucatnya wajah cantik alami yang Aleysha miliki. “Assalamu’alaikum Pak Rafael,” sapa Aleysha. “Wa’alaikumsalam. Jangan memasang senyum palsu Aleysha! Saya tahu kalau senyumanmu itu palsu!” serang Rafael, tiba-tiba setelah menjawab salam yang diutarakan oleh Aleysha. Aleysha pun menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan tenang. Ia harus bersabar dalam menghadapi Rafael yang sikapnya selalu tak terduga. “Senyum saya tidak palsu sama sekali Pak Rafael, Insya Allah saya tidak akan pernah memberikan senyuman palsu pada anda, terutama ketika saya menyambut kedatangan anda di kantor,” balas Aleysha dengan cepat. Rafael berhenti tiba-tiba dan berbalik menatap ke arah Aleysha, sehingga wanita itu pun ikut menghentikan langkahnya sebelum menabrak tubuh jangkung Rafael. Wajah Rafael tetap datar saat menatap Aleysha, tak ada sama sekali keramahan di sana. Dion tahu betul kalau Rafael tak suka dibantah, dan saat ini Aleysha seharusnya akan menerima omelan panjang atas bantahan yang dilakukannya di hadapan Rafael. “Kamu baru saja berlari-lari dari lantai enam, kan? Saya bisa melihat itu dari bulir-bulir keringatmu yang masih tersisa di pinggiran jilbabmu. Jadi katakan pada saya, manusia mana di dunia ini yang bisa benar-benar tersenyum setelah berlari-lari bagai orang gila seperti yang kamu lakukan? Oh ya, satu lagi, jilbabmu terlalu miring ke kiri, jadi tolong perbaiki!” tegas Rafael. Aleysha pun menutup kedua matanya sambil meringis pelan agar tak terdengar oleh Rafael. Ia segera menghapus bulir-bulir keringatnya dengan tissue yang ada di saku jasnya, sekaligus membetulkan jilbabnya yang miring seperti kata Rafael. “Ya Allah, sabarkan dan kuatkanlah hati hamba dalam menghadapinya,” batin Aleysha. Mereka berjalan bersama-sama dengan posisi Rafael berada di depan, sementara Aleysha dan Dion ada di belakangnya. Pintu lift terbuka, Rafael masuk ke dalamnya bersama Dion dan Aleysha untuk menuju ke lantai enam. Aleysha membuka buku catatannya untuk membacakan jadwal yang akan Rafael jalani hari ini. “Rapat akan dimulai pukul delapan tepat Pak. Semua materi rapat, dan juga beberapa berkas tambahan sudah saya siapkan dengan lengkap. Setelah rapat akan ada pertemuan sekaligus makan siang dengan CEO dari JB Company di restoran Italia. Saya sudah memesankan ruang pertemuan VIP di sana untuk anda. Selanjutnya... .” “Stop!” Rafael memotong kata-kata Aleysha, “apakah hari ini saya tidak punya jadwal untuk beristirahat? Apakah kamu juga tidak capek terus-menerus bekerja seharian penuh dengan jadwal saya yang padat itu?” tanyanya. Aleysha terpaku di tempatnya sambil mengerejapkan kedua matanya beberapa kali. Dion memberi tanda pada wanita itu untuk menuruti apa yang Rafael inginkan, namun sayangnya, Aleysha tak mengerti arti pertanda itu. “Tapi masalahnya Pak, pertemuan ini sangat penting bagi perusahaan yang Bapak miliki,” ujar Aleysha. Rafael kembali menatap ke arah Aleysha, kali ini dengan kedua mata menyipit yang menandakan kalau pria itu tak ingin dibantah sama sekali. “Saya bilang, batalkan!” tegasnya, dingin. Aleysha pun segera mengangguk-anggukan kepalanya lalu mulai mencoret buku catatannya agar apa yang sudah terjadwal di sana segera dibatalkan. Pintu lift kembali terbuka ketika mereka tiba di lantai enam. Rafael segera memimpin rapat dengan semua dewan direksi yang ada di kantor tersebut, Dion menunggu di ruangan milik Rafael sementara Aleysha mendampingi pria itu di ruang rapat. Rapat hari itu berjalan dengan sangat lancar, Aleysha pun beristirahat sejenak untuk meregangkan kakinya yang mulai kram akibat highheels yang dipakainya. Tak lupa, ia juga mengoleskan pereda nyeri di sekitar tumit agar tak terlalu kesulitan saat berjalan. Dion–yang baru saja keluar dari ruangan milik Rafael–mendekat sambil menyodorkan sebuah botol minum untuk Aleysha. Wanita itu pun segera buru-buru kembali memakai kaus kakinya agar Dion tak melihat cedera pada tumitnya yang baru saja ia obati. “Bagaimana rasanya bekerja di sini? Menyenangkan, atau justru sebaliknya?” tanya Dion. “Alhamdulillah rasanya menyenangkan Pak Dion. Terlepas dari sifat dan mood Pak Rafael yang sering berubah-ubah, saya rasa tidak ada yang membuat saya tidak nyaman untuk bekerja sekaligus berada di sini,” jawab Aleysha, jujur. Dion tersenyum mendengarnya. “Baguslah kalau begitu, karena jujur saja saya sudah capek mencarikan sekretaris yang pas dengan Pak Rafael selama beliau memegang perusahaan ini. Entah sudah ada berapa puluh wanita yang saya pekerjakan untuk menghadapinya dan mereka menyerah begitu saja karena sifat dan mood Pak Rafael yang berubah-ubah seperti yang tadi kamu katakan. Kamu adalah wanita pertama yang bisa melewati waktu enam bulan di samping Pak Rafael tanpa mengeluh pada saya atau karyawan lain di perusahaan ini,” ujar Dion, sangat jujur. Aleysha tersenyum. “Insya Allah saya benar-benar takkan terganggu dengan semua itu Pak Dion. Bapak tidak perlu khawatir lagi, saya akan mempertahankan pekerjaan ini selama saya masih mampu.” “Baguslah kalau begitu. Oh ya, airnya silahkan diminum. Setelah Pak Rafael Shalat Dzuhur kita akan langsung menuju ke restoran Italia untuk menemui CEO dari JB Company, kan? Jadi gunakanlah waktu jeda ini sebaik mungkin,” saran Dion. Aleysha kembali tersenyum singkat sambil menganggukan kepalanya. “Saya juga mau Shalat Dzuhur dulu Pak Dion, permisi,” pamit Aleysha. Dion pun menganggukan kepalanya, ia menatap ke arah sosok Aleysha yang mulai menjauh dari tempatnya berdiri. “Kasihan sekali,” gumam Dion, “seandainya kamu tahu, kalau kehadiranmu di sini hanyalah sebagai tumbal atas kekecewaan Pak Rafael pada masa lalunya, mungkin kamu takkan pernah mau bertahan sampai sejauh ini.” * * *

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.6K
bc

Mrs. Rivera

read
45.5K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.5K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.2K
bc

The Ensnared by Love

read
104.1K
bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M
bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
312.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook