BAB 7

1119 Words
"Apa loe gila hujan-hujanan kayak gini? Kalau loe sakit trus mati gimana? Apa loe ga ingat sama ayah loe?" Teriak Bryan penuh emosi Rachel hanya bisa menangis. Hujan terus mengguyur keduanya. Keadaan Rachel dan Bryan benar-benar sangat kacau. Karena air hujan terus saja turun membuat baju mereka basah kuyub. Bryan pun segera menggandeng tangan Rachel dan membawanya ke mobilnya. Karena lama-lama mereka kehujanan maka tak baik buat kondisi badan keduanya. Apalagi hari sudah semakin malam. Karena angin malam akan membuat semuanya tambah buruk. "Turun." perintah Bryan Rachel hanya mengikuti apa kata Bryan dan segera turun dari mobil Bryan. Rachel melihat daerah dimana ia turun saat ini dan ia  merasa asing dengan tempat ia berada saat ini. Karena ia merasa tak mengenal daerah ini. Bryan menghentikan mobilnya di sebuah gedung pencakar langit yang tinggi. "Ini dimana?" Tanya Rachel bingung "Apartemen aku." kata Bryan singkat Rachel shock karena ia berada di rumah orang asing. Ia masih bisa berpikir sehat untuk tidak berada di rumah asing dalam keadaan kacau seperti ini. Apalagi mereka hanya berdua di apartemen yang bisa dikatakan sangat mewah seperti ini. "Aku mau pulang." kata Rachel to the point Walaupun Rachel masih bersedih tapi ia tidak akan bertindak bodoh untuk ikut Bryan ke apartemennya. "Kamu mau pulang dengan keadaan seperti ini?" Tanya Bryan Rachel pun melihat keadaan dirinya. Bajunya sudah basah kuyub dan ia mulai kedinginan. Tapi ia tetep keukeh untuk pulang. Karena ia tak mungkin berada di apartemen Bryan hanya berdua. Bisa-bisa ketika ia berada disana akan hal buruk yang akan terjadi pada dirinya. Dan itu hal yang paling tidak Rachel inginkan. Rachel pun keluar dari mobil Bryan. Angin malam menerpa tubuh Rachel yang basah kuyub. Ia pun merapatkan tangannya agar tidak kedinginan. Tapi sepertinya usahanya sia-sia karena ia masih tetap saja merasakan kedinginan. "Terima kasih untuk semuanya. Aku bisa pulang sendiri." kata Rachel mencoba bersikap sopan "Dasar keras kepala. Tunggu."  panggil Bryan sebal Rachel yang sudah berjalan pun berhenti karena panggilan dari Bryan. "Masuk. Aku akan antar kamu pulang."  kata Bryan dengan rahangnya mengeras karena menahan amarah Rachel tidak bisa menolak karena ia tak mau terlibat perdebatan dengan Bryan untuk saat ini. Ia hanya ingin cepat pulang mandi dan tidur. Karena ia sudah merasa kepalanya sudah mulai pusing. "Ingat, jangan pernah matiin HP kamu. Dan kalau butuh bantuan langsung telepon aku." perintah Bryan "Makasi atas semuanya. Tapi aku akan baik-baik saja. Jadi kamu ga usah repot-repot ngurusin aku. Karena aku bisa urus diri aku sendiri." Kata Rachel sopan Rachel pun segera masuk ke rumah meninggalkan Bryan yang masih mengawasinya di dalam mobil. Entah kenapa Bryan merasa kalau dirinya tidak ingin ada orang yang membuat Rachel sedih. Sepertinya ketika Rachel meneteskan air mata, hati Bryan seakan-akan merasakan sakit yang sama. Yang ada dipikiran Bryan hanya ingin membuat Rachel bahagia. Ia ingin memberikan pelukan hangat pada Rachel. Melindunginya dari laki-laki jahat di luar sana. Bahkan jika perlu ia akan menjadi tameng bagi Rachel dari segala kesedihan yang dia terima. Apa Bryan mulai jatuh cinta dengan Rachel?? Mobil Bryan pun sudah pergi dari rumah Rachel. "Sialll....." Umpat Bryan Ini sudah kesekian kalinya Bryan mengumpat. Dan alasannya terus saja marah-marah siapa lagi kalau bukan karena Rachel. Bryan dari tadi sudah mencoba menelpon Rachel tapi tak satu pun telepon darinya dijawab oleh Rachel. Dan itu membuat Bryan cemas. Untuk pertama kalinya seorang Bryan Hanz mencemaskan seorang wanita. Dan wanita yang beruntung itu adalah Rachel Darmawan. Bryan tak bisa hanya menunggu disini saja. Ia pun mengambil kunci mobilnya dan segera pergi ke rumah Rachel. Ketika sampai di rumah Rachel suasananya sangat sepi. Seperti tidak ada kehidupan disana. Dan itu membuat Bryan semakin cemas dan takut. "Ra.... Rara....." Panggil Bryan sambil mengetuk pintu rumah Rachel. Tapi sayangnya tak ada jawaban dari Rachel "Dasar gadis ceroboh." Kata Bryan emosi Ternyata yang membuat Bryan marah karena pintu rumah Rachel tidak dikunci. Ia akan memarahi Rachel nanti karena sifat teledornya ini. Bisa-bisa ada maling yang akan bisa masuk karena pintu rumahnya yang tidak dikunci. Tapi untung saja pintu rumahnya tak terkunci jadi bisa memudahkan Bryan untuk masuk ke rumah Rachel Suasana rumah sangat gelap dan tak ada tanda kehidupan disana. Ia pun segera mencari Rachel dimana. Dan ia menemukan sebuah kamar yang tidak ditutup. Begitu kagetnya Bryan melihat Rachel pingsan di ruang tamu rumahnya. Dengan segera Bryan menggendong Rachel dan membaringkannya di ranjang. Dan Bryan bisa melihat jika Rachel menggigil karena kedinginan. "Rachel.... " Panggil Bryan Bryan segera mendekati Rachel dan mencoba melihat keadaannya. Ia menyentuh kening Rachel yang ternyata sangat panas. "Dia sepertinya demam." kata Bryan menyentuh keningnya Rachel tak merespon kata-kata Bryan ia masih memejamkan matanya. Sepertinya ia benar-benar sedang sakit saat ini. Sehingga ia tidak peduli lagi dengan hal disekitarnya. "Halo, Sam loe dimana? Ok loe sekarang ke apartemen gue sekarang. Gue butuh bantuan loe buat periksa seseorang. Nanti gue jelasin kalau loe udah di apartemen gue. Ok thanks." Kata Bryan menelpon seseorang Sambungan telepon pun terputus. Bryan melihat ke arah Rachel. Wajahnya sangat pucat dan memerah. Ia tak mungkin membiarkan Rachel disini sendirian. Ia butuh perawatan sekarang. Jadi Bryan langsung menggendong Rachel dan membawanya ke apartemennya. Karena ia sudah menelpon sahabatnya untuk bisa memeriksa keadaan Rachel Bryan tahu kalau Rachel sedang demam. Bryan langsung melajukan mobilnya menuju apartemennya. Ia ingin Rachel segera diobati. @ apartemen Bryan "Gimana keadaannya Sam?." Tanya Bryan khawatir Saat ini Sam sedang memeriksa keadaan Rachel. Setelah Bryan berhasil membawa Rachel ke apartemennya, Sam langsung datang dan memeriksa keadaan Rachel. "Dia cuma demam dan flue saja akibat kehujanan. Jadi biarkan dia istirahat. Dan jangan lupa obatnya di minum. Tapi kalau sampai besok demamnya belum turun loe bawa ke rumah sakit. Takutnya nanti bisa kena tipes atau DBD." Kata Sam menjelaskan " ok gue akan turutin apa kata loe. Dan Thanks loe udah datang kesini." Kata Bryan bilang terima kasih "Its ok. Santai aja. Ooo jadi ini cewek yang buat Bryan Hanz khawatir setengah mati. Cantik juga ternyata. Kalau loe udah bosen bisalah dia buat gue." kata Sam bercanda " Sialan loe Sam. Gue gak akan pernah serahin Rachel buat cowok playboy kayak loe." Jawab Bryan sedikit marah " Ok....Ok... Bos. Kalau gitu gue cabut dulu. Gue mesti balik lagi ke rumah sakit." kata Sam berpamitan Bryan menatap Rachel yang masih tertidur. Dan untung saja demamnya sudah turun. Ternyata obat yang diberikan Sam cukup manjur. "Bunda....Bunda....." Rachel mengigau dalam tidurnya. "Bunda... Rara sakit Bunda. Rara ingin dipeluk Bunda..."kata Rachel mengigau Bryan melihat Rara mengigau dan air mata mulai mengalir di matanya. Entah dorongan dari mana Bryan memeluk tubuh Rachel. Ia ingin memberikan kenyamanan dan membuang rasa sedih dari pelupuk matanya. "It's Ok... I'm here... "Don't be afraid honey...." Kata Bryan menenangkan Rachel Tak lupa Bryan memberikan ciuman di kening Rachel. Dan akhirnya ia pun ikut tidur dengan Rachel berada di pelukannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD