2

1054 Words
Ada novel digital di salah satu platform baca yang aku ikuti. Novel romansa dewasa mengenai percintaan antara Flora dan Noa. Begitu terkenal hingga diadaptasi dalam bentuk cerita bergambar maupun cetak dan tentu saja ada versi otome game. Aku mengikuti semua bentuk adaptasi tanpa peduli bahwa dompetku sekarat dan butuh perhatian ekstra. Namun, apa dayaku? Diriku ini kerontang dan butuh kasih sayang. Satu-satunya pria (fiktif tentu saja) yang tidak akan mengecewakan dan mengabaikan kehadiranku hanya ada di novel! Apa yang menarik dari cerita itu? Walau memakai nama barat, tetapi cerita sama sekali tidak mengambil latar di dunia nyata. Bahkan penampilan visual setiap karakter yang ditampilkan dalam versi cerita bergambar pun tidak umum. Maksudku, rambut merah mata kuning, atau rambut putih mata merah, bahkan rambut merah muda mata biru. Yah, yang seperti itu. Sebagai penggemar pria dalam versi dua dimensi maupun yang hanya berupa kata-kata, aku merasa sangat dimanjakan. Melihat setiap visual tokoh yang digambar indah, lalu ketika puas membaca versi dua dimensi, maka aku akan meluangkan waktu di versi game. Dengan kata lain, kehidupanku tidak terlalu produktif. Oke, kembali ke topik Flora dan Noa. Flora berprofesi sebagai pemain film, penyanyi, dan model. Cantik, anggun, dan cerdas. Pokoknya semua hal positif yang seharusnya ada pada tokoh utama tertanam dalam diri Flora. Ibaratnya penulis sengaja menumpahkan kebaikan dalam diri Flora. Dia menjalin hubungan dengan pengusaha ternama, yakni Noa. Namun, hubungan keduanya terkendala kehadiran Adel, salah satu cewek yang naksir berat dengan Noa sedari SMA. Begitu melihat perhatian Noa hanya terfokus kepada Flora, Adel pun melakukan serentetan rencana jahat. Mulai dari memfitnah Flora sebagai wanita simpanan anggota partai politik, menyabotase pakaian Flora ketika pentas, dan mengirim anti-fan. Adel mengira rencananya akan berjalan lancar. Tanpa dia tahu bahwa Flora memiliki kembaran bernama Morgan. Tanpa ampun Morgan pun membalas perbuatan Adel. Apalagi ketika dia tahu dari mulut Flora bahwa Adel selalu merundung Flora sedari masih duduk di bangku SMA, maka kebencian dalam diri Morgan pun berlipat ganda. Morgan memanipulasi perusahaan milik keluarga Adel, menjatuhkan mereka ke titik terendah. Tidak puas melihat Adel sekadar jatuh miskin, Morgan pun membuat siasat agar Adel mati di tangan preman jalanan. Hahaha, sekarang aku menempati karakter bernasib malang dari novel kebanggaanku. Pantas saja sedari tadi aku melihat manusia berambut ala idol Korea. Aku kira mereka tengah melakukan cosplay atau barangkali otakku bermasalah. Begitu melihat cowok berambut putih dan bermata hitam harapanku langsung pupus. Cowok yang memandangiku dengan tatapan menuduh, ingin mengkritik, dan memandikanku dengan air bunga setaman. “Adel, pulang.” Jamie White, kakak kandung Adel White. Dia mengenakan setelan parlente dan air mukanya benar-benar kecut! Tidak memiliki pilihan lain, aku pun patuh, mengekor di belakang Jamie yang sepertinya bisa meledak kapan saja. ‘Apa ini karma karena aku membaca novel dewasa? Astaganaga! Ada banyak novel dewasa kenapa harus yang ini? Aku minta resign! Resign!’ Jasmine telah merapikan perlengkapan sekolah dan menyerahkan ransel Adel kepada Jamie. Sepanjang perjalanan melewati koridor, beberapa siswa dan siswi mencuri pandang kepadaku. Benar-benar memalukan! Lantaran terlalu pening dan ingin menangis, aku tidak memperhatikan siapa pun! Kalaupun ada Flora maupun Noa, aku tidak peduli! Aku hanya ingin mengajukan formulir pindah kepada petugas isekai! ‘Please, jangan yang ini! Ganti! Ganti!’ * Tentu saja permintaanku tidak terkabul. Petugas transmigrasi antar-dunia telah menetapkan keputusan bahwa aku harus berada dalam raga Adel versi remaja. Di mobil, aku sengaja memilih duduk di kursi penumpang sementara Jamie fokus sebagai sopir. Kadang aku mengamati jalanan yang tidak terlalu berbeda dengan versi modern, lantas ketika melewati toko kue, keinginan untuk menyantap cake langsung terbit. Barangkali nanti aku bisa mencicipi Red Velvet atau Strawberry on Short Cake, bahkan bolu pandan pun aku tidak keberatan. ‘Tunggu, bukannya sekarang Adel baru saja merintis menjadi antagonis?’ Hasrat mengamuk langsung terbit. Bocah cilik yang satu ini! Aku tidak keberatan menjadi Adel. Serius! Namun, aku ingin terlahir sebagai Adel mulai dari nol! Dengan begitu aku bisa mencegah proses kebangkrutan keluarga White! Tanpa sadar aku memukul kursi, melampiaskan kekesalanku yang kian menjadi, dan membuat Jamie protes, “Kamu beneran sakit apa pura-pura sakit agar Ketua Osis pujaanmu itu peduli?” ‘Heh, aku sedang mempertimbangkan rencana menyelamatkan keluargamu!’ “Adel, dengar, ya. Kakak nggak keberatan dengan pilihanmu. Hanya saja kamu harus sadar diri. Cowok yang nggak merespons sinyal darimu, itu artinya dia nggak suka kamu.” “Tahu!” teriakku, sengit. Lantas aku memilih berbaring, mengabaikan sepatu yang mungkin mengotori mobil mewah yang entah apa jenis dan mereknya ini. “Kak, aku sudah membulatkan tekad! Aku bakalan berhenti mengejar Noa!” Alih-alih memberi ucapan selamat atas keputusan warasku, Jamie justru terbahak seolah aku telah mengutarakan lelucon hebat. “Kamu? Aku nggak yakin.” ‘Abang yang satu ini pantas digampar.’ “Kamu bahkan ngotot minta sekolah di SMA yang sama dengan Noa,” kata Jamie. “Benar-benar nggak peduli dengan saran Ayah.” “Boleh pindah sekolah?” Ide cemerlang tercetus di kepalaku. “Aku nggak keberatan pindah.” “Adel, jangan pindah dan berhenti di tengah jalan. Kamu harus menyelesaikan pendidikan dan belajar menjauhi masalah.” ‘Hei, aku sedang berusaha menjauhi masalah. Kenapa kamu nggak mau mendengarkanku sih?’ “Besok kamu harus minta maaf kepada Flora,” Jamie menyarankan. “Oke.” “Aku paham-eh? Adel, tadi kamu bilang apa?” “Minta maaf, oke,” kataku. “Kakak tenang saja. Aku nggak bakal ngejar Noa. Sekarang aku berencana meniti tangga sukses dan melindungi diri dari Big Villain. Pokoknya Kakak percaya saja. Nggak ada Noa. Nggak ada usil ke Flora. Minta maaf? Apa aja. Apa besok aku perlu ngasih permen. Oh, gimana kalau kita mampir ke toko kue? Nanti malam Kakak temanin aku pergi ke rumah Flora. Aku bakalan minta maaf. Oke? Paham?” Hehehe, dengan begitu Morgan akan mengabaikanku dan membiarkan keluarga White menjalani bisnis. Aku bebas. Hehe, peduli amat dengan Noa. Keselamatan lebih utama daripada mengejar ketua osis sejagat. ‘Mengapa nggak sekalian aku merayu Flora?’ Otomatis Flora akan menganggapku sebagai orang jahat yang telah memutuskan mengundurkan diri dari posisi antagonis. Morgan tidak akan mengancam kehidupanku. Flora dan Noa bisa menikah dan memiliki bayi-bayi mungil serta barangkali mereka bisa mencetak kesebelasan. Aku akan melanjutkan hidup di lingkungan kapitalis sebagai manusia makmur. Huhu, sungguh indah. Tidak ada akhir buruk. Hanya ada kehidupan normal, wajar, dan sehat. Aku tidak perlu menghadapi Morgan. Selamat tinggal, Big Villain. Ohohohoho. “Adel, ayo kita ke dokter.” Kakak kurang ajar!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD