Arafah berjalan menyusuri koridor dengan perasaan campur aduk. Kakinya sudah mengalami banyak perkembangan—hampir dapat dikatakan sembuh total dan mampu berjalan—ditambah dia bisa kembali bekerja. Ini berkah yang luar biasa. Siapa sangka, bahkan membayangkannya saja Arafah tidak sampai ke sana. Walau di rumah sakit relawan tidak bisa menjamin kesejahteraannya seperti di tempat kerjanya dulu, Arafah tetap bersyukur tenaganya dapat berguna. Meski tidak bisa sekeren Dokter dan Perawat yang menyelamatkan nyawa, bantuannya diharap bisa bermanfaat untuk sedikit—banyak orang di sana. "Arafah?" Yang dipanggil menoleh, mencari sumber suara. Kala didapatinya kenalan yang sedang dinanti–nanti, Arafah langsung membalas sapa. "Suster Sonya?" serunya bersemangat. "Dari mana?" Perempuan yang wajah