Orang-orang berlalu lalang dengan koper dan tas di tangan mereka, sibuk akan perjalanan masing-masing. Namun, di salah satu sudut terminal keberangkatan internasional, ketegangan memuncak antara dua perempuan yang berdiri saling berhadapan. Arafah, perempuan berhijab dengan gaun sederhana berwarna biru muda itu menggenggam erat paspor di tangan. Bibirnya bergetar, bukan karena takut, tetapi karena keragu–raguan yang dia tahan. Di hadapannya, Kirana berdiri dengan dua tangan terlipat di d**a, matanya memancarkan tatapan tajam yang sulit diartikan—antara amarah dan keteguhan. "Kasih saya waktu sebentar—" "Astaga! Kamu pikir dengan tetap di sini, kamu bisa membuat Bima bahagia?" Kirana memotong cepat, menatap Arafah dengan pandangan tajam dan penuh tekanan. Helaan napas perempuan yang be