When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Sudah dua hari Sekar pulang ke rumah Tiara, setelah tiga hari di rumah sakit. Sakti tidak mengijinkan Sekar pergi kuliah. Sekar merasa ada yang berubah pada sikap Sakti, sejak kejadian itu, sampai malam ini, keomesan suaminya itu entah hilang ke mana, itu terasa menyiksa bagi Sekar. Sekar ingin dirayu, ingin dicumbu, tapi malu meminta lebih dulu pada Sakti. Sedang Sakti, lebih memilih di luar kamar, sampai Sekar tertidur, dan Sekar tidak tahu, kapan Sakti kembali ke kamar. 'Apa aku harus bertanya, aku salah apa? Apa aku terlihat jelek, karena sedang hamil? Apa Ayah tidak sayang lagi? Apa Ayah tidak cinta lagi? Apa Ayah tidak menginginkan aku lagi?' Berbagai pertanyaan di benaknyqa, membuat Sekar merasa sakit hati, hal itu membuat air mata tak bisa dibendung. Sekar masuk ke dalam kamar