Agam berjalan dengan wajah mengeras, membuat semua orang yang dilewatinya langsung menyingkir dengan wajah ketakutan. Mata tajamnya itu memerah, otot uratnya menyembul keluar dibalik leher dan pelipisnya, dan rambutnya berantakan tak seperti biasa. Langkah kakinya mantap menginjak lantai marmer itu dengan sepatu pantofel hitam yang mengkilap. BRAK! Bantingan pintu itu langsung menarik perhatian semua orang. Mata Agam menajam saat tak mendapati siluet gadis yang telah memporak-porandakan hatinya itu. "P-pak Agam.." cicit Angel yang posisinya paling dekat dengan Agam. Agam tak menoleh sedikitpun, matanya tetap lurus menatap kubikel Via yang masih berantakan oleh barang-barangnya. "Dimana Via?" Nada suaranya sangat dingin, begitu dalam dan serak. Semua orang dalam divisi itu saling mena