Setelah makan malam bersama dan akhirnya Andri pamit pulang, Diara kembali masuk setelah mengantar Andri sampai pintu keluar apartemen.
Namun ia terkejut saat mendapati Nick berdiri dihadapannya, padahal setahunya tadi pria ini sudah masuk ke dalam kamar.
"Eh, maaf mas." Diara bergerak ke sebelah Nick untuk lewat karena hampir menabrak d**a bidang tuannya itu.
"Tunggu sebentar."
"Eh iya, ada apa mas?" Diara menghentikan langkahnya dan berbalik melihat Nick.
Dan disaat itu Nick malah beralih menuju sofa ruang tengah, mau tidak mau tentu Diara juga mengikuti. Saat Nick duduk, Diara juga ikut duduk namun dengan jarak yang cukup jauh.
"Eum, ada apa ya mas?" tanya Diara lagi karena Nick tidak langsung bicara.
"Jadi apa Andri banyak membantu?"
Senyum Diara langsung terkembang lebar mendengar Nick ternyata mengajak membahas Andri, "lumayan kok mas, tadi dia yang bantu belanja. Awalnya saya bingung cara belanjanya gimana karena ga mungkin saya tinggal baby Ghi sendirian. Terus dia juga bantu-bantu ngajakin baby Ghi main. Dan saya jadi ngerasa punya teman gitu mas. Makasih ya mas, udah suruh Andri kesini bantuin saya."
Nick menunjukkan ekspresi yang tidak bisa Diara tebak, ia nyaris menunjukkan ekspresi datar padahal Diara sudah bicara dengan penuh semangat.
"Kalian terlihat sudah sangat akrab."
"Iya mas, soalnya Andri itu orangnya easy going banget. Nggak kaku, jadi mudah akrabnya, sebentaran aja udah ngerasa deket banget." jawab Diara cepat tapi entah kenapa ia jadi merasa bersalah karena merasa tengah menyindir Nick, walaupun di sisi lain Diara ingin sekali Nick tersinggung.
Seperti kata Andri, ia akan terbiasa. Susah mengharapkan perubahan sikap Nick. Perlahan sebenarny Diara memang sudah terbiasa, tapi kadang ia masih berharap ada sedikit perubahan sikap Nick pada dirinya.
"Baguslah kalau begitu." ternyata hanya itu tanggapan yang diberikan Nick.
Diara hanya bisa tersenyum kecil dan tidak tahu harus bicara apa lagi. Setiap mereka bicara berdua, selalu saja rasa canggung hadir diantara mereka. Diara tidak yakin apakah Nick juga merasakan hal yang sama, toh dia orang yang tidak begitu ambil pikiran mengenai hal seperti ini.
"Apa kamu merasa bosan?"
"Eh??" Diara terkejut dengan pertanyaan Nick yang tiba-tiba.
Nick tampaknya juga malah bingung sendiri, ia menggaruk tengkuknya dengan sorot mata tidak nyaman, "maksud saya, kamu terlalu banyak bekerja, saya pun juga demikian di kantor."
Diara mengerutkan dahinya tidak paham ke arah mana maksud ucapan tuannya ini.
"Apa anak itu masih tidur?"
"Masih mas."
"Kamu mau menonton film bersama saya?"
Diara kaget bukan main dengan tawaran Nick, sungguh ia tidak yakin kalau yang barusan bicara ini adalah tuannya yang selalu mencuekinya.
"Mau atau tidak??" tanya Nick sepertinya kesal karena Diara hanya melongo menatapnya.
"Ah, boleh kok mas. Kita nonton disini kan? Kebetulan saya suka nonton film kok mas." Diara langsung menyetujui dengan semangat, tuhan sepertinya mengabulkan permintaannya agar Nick bisa mengurangi tingkat kekakuannya.
Nick mengangguk dan mulai mengambil remote dan mencari film untuk mereka tonton bersama, "kamu suka apa?"
"Apa aja mas, saya ikut mas aja. Action boleh tu mas, yang kiri bawah," Diara bersemangat melihat layar televisi.
Nick tersenyum miring mendengar jawaban Diara, "apa aja tapi kamu malah mendikte saya."
Diara terkekeh malu, "hehe maaf mas. Selagi mas cari film, saya ambil makanan sama minuman biar asik ya mas? Oh iya, tadi Andri beliin dessert box yang katanya enak banget, mas mau?" gadis itu sudah berdiri dengan semangat.
Nick masih fokus pada layar televisi dan mengangguk saja.
Diara langsung berlari menuju dapur dengan hati yang sangat bahagia. Akhirnya hari dimana ia bisa bersantai dengan manusia kaku bernama Nickolas datang juga. Bahkan Diara menyiapkan semua makanan dan minuman untuk mereka dengan senyuman yang tidak pernah lepas dari wajahnya.
*
Tidak butuh waktu lama, Diara sudah kembali dan menyusun berbagai minuman dan makanan ringan di atas meja yang ada di ruangan tempat mereka akan menonton.
"Udah nih mas, ayo mulai!!" ujar Diara sudah tidak sabar dan mengambil posisi duduk di atas karpet dan bersender pada sofa yang ada dibelakangnya.
"Kamu nggak duduk di atas?" tanya Nick melihat Diara yang ada dibawah.
"Nggak mas, asikan duduk dibawah. Nggak papa, mas aja yang duduk di atas."
Nick hanya angkat bahu dan akhirnya mereka mulai fokus menikmati film, film yang Nick putar persis seperti permintaan Diara di awal, salah satu film action luar negeri namun di dalamnya juga terdapat nuansa komedi dan percintaan.
Tidak butuh waktu lama, mereka benar-benar fokus pada film yang diputar, ruangan ini hanya dipenuhi oleh suara dari televisi, bahkan mereka sama-sama tidak menyentuh makanan dan minuman. Di momen-momen menegangkan Diara terkadang menggigit ibu jarinya dengan posisi memeluk lututnya, posisi paling nyaman untuk seorang Diara.
Disisi lain, Nick dengan posisi meluruskan kakinya ke lantai dan bersandar pada bahu sofa dan tangannya menopang dagu menikmati aksi demi aksi menegangkan yang disuguhkan.
"Ya ampun, itu kasian banget! Please jangan mati, kalau dia mati gimana rahasianya diungkap?!" Diara bicara sendiri karena terlalu terbawa emosi bahkan sampai ingin menangis, dia menyeka sudut matanya yang basah karena tokoh yang ia bicarakan sedang dalam keadaan sekarat.
Nick yang mendengar itu hanya melirik Diara yang duduk didepannya sekilas sambil tersenyum kecil, Diara begitu lucu saat ia mengomel, sudah beberapa kali sejak tadi dirinya bicara sendiri karena film ini. Film terus berlanjut sampai pada salah satu romantis dua karakter utama yang membuat Diara dan Nick merasa sangat awkward satu sama lain, bagaimana tidak? Dua tokoh utama sedang dalam adegan ciuman panas dan suaranya kini memenuhi satu apartemen.
"Ehm, tolong minumannya." Nick mengalihkan dengan tiba-tiba meminta ambilkan minuman di atas meja pada Diara.
Diara langsung mengambilkan minuman di atas meja namun sialnya karena kaget ia malah menumpahkan minuman itu, ia hanya bisa merutuki dirinya sendiri sekarang.
"Sial, kenapa aku ngerasa segugup ini? Dasar film sialan!" rutuk Diara dalam hati menyesal memilih film ini, tahu begini lebih baik ia tadi minta nonton film spongebob saja.
"Ah maaf, mas." Diara minta maaf dan cepat mengelap tumpahan air di meja dengan tisu. Setelah itu ia memberikan gelas berisikan minuman bersoda itu pada Nick.
Nick berlagak santai dan meminum minuman itu dengan santai, namun sialnya adegan di film itu malah semakin panas.
Ditengah rasa canggung itu, tiba-tiba saja terdengar suara tangis dari dalam kamar, untuk pertama kalinya Diara merasa sangat lega dan bahagia mendengar tangis baby Ghiana.
"Mas, saya lihat baby Ghi dulu ya." Diara langsung berdiri dan berlari ke kamar tanpa menatap wajah Nick.
Diam-diam Nick juga merasa lega, ia menghembuskan napas panjang dan meletakkan lagi gelas ditangannya ke atas meja.
"Kenapa harus ada adegan seperti itu? Benar-benar membuat kaget dan aneh saja." ujar Nick memperhatikan film yang terus berlanjut namun adegan panas tadi sudah selesai, ia memberhentikan film karena Diara masih di dalam, walau bagaimanapun mereka harus selesaikan cerita itu bersama, dan harus tahu penyelesaian film yang tinggal sedikit lagi ini karena ceritanya memang menarik dan membuat penasaran.
Tapi entah kenapa tanpa sadar Nick tertawa mengingat bagaimana canggungnya tadi dirinya dan Diara. Bahkan Diara menumpahkan minuman, pasti dia sangat canggung dan tidak nyaman sekali. Dan saat ia berlari ke kamar karena tangis Ghiana tampak jelas sekali kalau dia lega akhirnya bisa lepas dari suasana aneh ini.
"Wajahnya benar-benar lucu, wanita yang sangat polos."