Rendra masih menunggu di luar ruangan Elin. Jujur dalam hatinya, dia ingin sekali melihat istrinya. Tapi, meski tidak bisa melihatnya, dia merasa lega, karena tadi Bu Erna bilang Elin makan lahap sekali. Rendra hanya diam dan tersenyum dengan mengangguk-anggukkan kepalanya saja saat ibu mertuanya bahagia, karena Elin mau makan dengan lahap tanpa drama mual dan muntah. “Bu, Pak, Rendra pamit ke depan dulu, ya?” pamit Rendra. “Iya, Ren,” jawab Pak Riyan. Rendra ingin membelikan makanan kesukaan Elin. Apa pun yang Elin suka dia membelinya. Dari cemilan yang sering Elin makan, kue kering, brownis almond, puding kesukaannya, buah-buahan, apa pun itu Rendra beli semua untuk Elin. Rendra yakin, kalau Elin akan memakan itu semua tanpa rasa mual dan ingin muntah. “Aku kangen kamu, Lin. Andai s