Dengan tangan bergetar, Nina segera menelepon balik Adit. Tidak butuh waktu lama, pria itu menjawab dan panggilan mereka pun tersambung. “Akhirnya kamu nelepon balik juga, Sayang.” Suara Adit langsung terdengar di ujung telepon sana. Sayang? Adit bilang sayang? Meskipun panggilan tersebut sudah biasa dalam empat tahun belakangan, tapi masalahnya sekarang mereka sudah tak punya hubungan apa-apa lagi. Seharusnya Adit jangan memanggilnya seperti itu. Selain itu, bukankah Adit sendiri yang minta putus karena katanya sudah punya wanita lain yang dikenalnya empat bulan terakhir ini? Nina sungguh tak bisa memahami jalan pikiran pria itu. Apa Adit memang sengaja mempermainkannya? “Maksud kamu apa mengirim foto itu?” tanya Nina yang sebisa mungkin intonasinya biasa saja. Ia tidak mau terdengar