Bab 96 - Restu yang Berharga

1995 Words

“Ayo, Mas!” Jingga segera meraih tangan Biru dan mengajaknya keluar dari kamar itu. Ia merasa tidak perlu berkomentar apa-apa. Jangankan berkomentar, Jingga bahkan tidak melihat apa pun. Begitu Jingga dan Biru keluar, sontak semua yang ikut menggerebek semakin heboh dan itu sangat berisik. Beberapa juga di antara mereka saling berbisik dengan raut wajah mencibir. “Kalian masih di sini mau ngapain? Keluar semuanya!” Nada bicara Bian lumayan tinggi dan cenderung membentak, tidak seperti gaya bicara pria itu biasanya yang selalu hangat. Ah, sepertinya Bian mulai tak ragu menunjukkan sifat aslinya. Tak lama kemudian, semua yang ikut menggerebek berangsur-angsur keluar dari kamar Bian. Meninggalkan pria itu bersama Ara yang pastinya … mereka berdua sedang sangat malu. Lebih malu dari inside

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD