Jingga tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi yang pasti ia sangat deg-degan. Bahkan saat dirinya sudah masuk ke apartemen Biru, deg-degan yang dirasakannya seolah tak kunjung hilang. Sungguh, pikiran Jingga sudah ke mana-mana. “Ini,” ucap Biru seraya meletakkan dua cangkir cokelat hangat di meja ruang makan. “Terima kasih, Mas,” balas Jingga yang masih deg-degan tak karuan. Begitu tiba, mereka memang segera ke ruang makan. Jingga langsung dipersilakan duduk bahkan Biru sendiri yang menarikkan kursi untuk wanita itu. Sedangkan Biru menyajikan cokelat hangat untuk mereka berdua. Biru menarik kursi lalu duduk di tempat yang berseberangan dengan Jingga. “Enggak benar-benar hangat, sih. Sejujurnya ini agak panas, jadi tunggu dulu. Jangan langsung diminum,” kata Biru. “Dari as