Enda menarik tubuhku yang berdiri kaki di ambang pintu kamar Mama. Tak ada lagi perasaan lemas pada sekujur tubuhku, Namun amarah yang mendesak d**a rasanya hampir meledak di ubun-ubun. Fahmi masuk ke kamar Mama ketika Enda terus menarik tubuhku hingga terduduk di sofa tepat di sampingnya yang merangkul bahuku dengan erat. Aku anak lelaki siswa kelas 2 SMA yang pemikiran masih sangat labil dan wawasan tentang hidup, etika dan kesusilaan masih sangat awam, masih tak habis pikir dengan apa yang telah dilakukan Mama. Dia benar-benar sengaja dan mempersiapkan segalanya untuk merendahkan, melecehkan dan menginjak-injak harga diri Bapak, suaminya sendiri. Sungguh aku benar-benar malu dan sangat menyesali mengapa Allah menjadikan aku terlahir dari rahim seorang wanita yang kini menjadi Mamaku.

