3. Ternyata Dia

1018 Words
"Aysha mana, Aunty? Gak ikut?" sapa Fathur anak sulung Farraz sepupu Samudra saat Ara dan Samudra sampai di kediaman Shafa dan Ferro. Fathur mencium tangan Samudra dan Ara bergantian. "Aysha sedang pergi dengan teman-temannya, ada yang ulang tahun. Nanti dia menyusul kemari," jawab Ara sambil menepuk pipi keponakan Samudra itu. "Gimana urusan kampus, Bang? Udah beres semua?" tanya Samudra sambil merangkul Fathur masuk ke ruang keluarga. "Udah Om, alhamdulillah," Fathur menyunggingkan senyumnya. "Tempat kostnya, sudah dapat?" Ara ikut antusias. "Udah Aunt. Tapi pas weekend, sebisanya tetap pulang ke sini, kok." "Biar gak kejauhan, ya?" Tanya Samudra "Iya, Om." "Ingat ya, di sini ada Aunty Shafa dan Aunty Ara, jadi Abang harus adil bagi-bagi weekendnya," Ara memperingatkan. "Siap Aunty," sahut Fathur sambil tertawa. "Assalamualaikum." Ara dan Samudra mengucapkan salam saat memasuki ruang makan yang mejanya tampak penuh dengan hidangan lezat. "Niat banget menunya? Ini ada acara spesial atau gimana sih? Katanya cuma kumpul makan siang, kalau tau, gue bakal bikin sesuatu," Ara mendekati Shafa yang menyambutnya dengan ringisan. Mencium pipi sahabatnya itu sesaat. Kemudian menghampiri Danisha yang sedang menggendong si bungsunya yang berusia empat tahun. "Bobok?" desis Ara bertanya pada Danisha. Danisha memutar badannya, menunjukkan wajah putrinya kepada Ara, karena ia pun tak tahu anaknya telah tertidur atau belum. "Udah bobok dia. Rebahin di kamar Fira aja, gih," bisik Ara pada Danisha. Danisha mengangguk, kemudian meminta izin pada yang punya rumah untuk menumpang di kamar Fira, putri bungsu Shafa. --- Samudra, Arya, Ferro dan Fathur mengobrol di taman belakang, sementara para ibu menghabiskan waktu di kamar tidur Fira sambil menemani anak-anak mereka yang sedang bermain bersama. "Gimana anak gue di sekolah lu, aman, kan?" Ara bertanya pada Shafa yang sedang menyisir rambut putrinya. "Aman dong! Sesuai perintah Pak Samudra, Ananda selalu dalam pengawasan ketat." Kekeh Shafa. "Ntar anak gue SMA nya di situ juga deh." "Kak Sam trauma, Aysha masih kelas IX, tiba-tiba di apelin ama anak SMA kelas XII, coba. Kita mikirnya, di mana tu anak laki-laki kenal ama anak gue. Secara Aysha nge-mall aja masih ditemani emak bapaknya." "Trus kenal dimana katanya?" Danisha menjadi penasaran. "Anak laki-laki itu ternyata, teman, abang temannya. Paham lu? Ibaratnya, temannya kak Damar naksir gue, gitu." "Ooh, paham, paham!" Danisha tekikik. "Kebayang sih, wajah Kak Sam ngadepinnya. Lagipula, di sekolah Shafa ada Byantara juga kan, bisa dong dititipin Aysha." "Gue gak tau, mereka udah ketemu apa belom ya? Aysha dengan Byan. Terakhir mereka ketemu sebelum pindahan Kak Damar ke Surabaya, deh, kayaknya, gue selalu lupa kalau mau nanya. Secara, wajah juga udah pada beda," Ara menoleh pada Shafa sebagai kepala sekolah. Shafa mengedikkan bahunya tanda tak tahu. Drrrt.. drrrt.. "Panjang umur, anaknya nge-chat minta dijemput. Bentar yaa, gue bilang Ayahnya dulu," Ara bergegas keluar kamar. --- "Itu Byan udah sampai, aku jalan ya," pamit Danisha pada Arya. "Iya, hati-hati ya. Nanti telpon aja kalau mau dibawain sesuatu untuk di rumah." "Gak sampe malam banget, kan?" Danisha memastikan. "Enggak, janjiannya jam empat kami kumpul di kafe, paling habis isya udah bubar," Arya mencium kening putri bungsunya sebelum berpisah, dan mengecup singkat bibir Danisha. Saat Danisha menuruni undakan teras, mobil Samudra yang dikendarai Fathur untuk menjemput Aysha, memasuki pekarangan rumah. Danisha menghentikan langkahnya sampai mobil benar-benar berhenti sempurna. Ia ingin menyapa Aysha sejenak karena hampir sebulan ini mereka tak bertemu. "Aunty!" seru Aysha saat ia sudah keluar dari mobil. Sambil berlari kecil ia menghampiri Danisha, mencium pipi Danisha dan pipi chubby putri bungsu Danisha. "Aunty dah mau pulang?" "Iya, Om Arya sama Ayah kamu, masih mau ngumpul dulu ama temen-temennya di kafe, jadi Aunty pulang duluan." "Ya udah, salam untuk Andin ya, Aunt," Aysha kembali mencium pipi si chubby sebelum berpisah. Fathur yang menunggu interaksi Danisha dan Aysha selesai, juga ikut mencium tangan Danisha sebelum berpisah. Di dalam mobil, Byantara menyaksikan semua yang terjadi di pekarangan rumah itu. Dia tak dapat melihat dengan jelas wajah gadis yang menyapa Danisha tadi, hanya punggungnya saja, tapi ia merasa itu adalah Aysha. Sungguh ia sangat penasaran, karena di sekolah pun ia belum menemukan siswi kelas X yang bernama Aysha. Ingin meminta bantuan pada ke tiga temannya yang lain, namun ia merasa segan. Takut nanti malah menjadi bahan olokan seperti dulu. Saat mobil sudah melaju,Byantara menyuarakan rasa penasarannya. "Mami, tadi yang ketemu Mami di teras rumah, siapa?" "Oh, Aysha. Kamu lupa?" "Ha? Eh, enggak lupa sih, tapi kan, udah lama gak ketemu, aku gak tanda lagi wajahnya kayak apa." "Emang di sekolah belum ketemu?" "Mmm ... belum, Mi. Gak nyari juga sih. Lagipula kelas X, kan di lantai tiga, kami di lantai dasar. Lantai tiga tuh punya kantin sendiri, jadi belum tentu main kebawah kalau gak perlu banget." "Oo ...." Danisha mengangguk memaklumi. "Itu tadi pacarnya?" "Ha? Siapa, yang mana?" Danisha sedikit heran dengan pertanyaan Byantara. "Mm... yang tadi datang bareng dia." Danisha menoleh sedikit pada Byantara yang tengah fokus menyetir. Senyum Danisha tersungging tipis dibibirnya. "Ooh, itu Fathur, mereka cukup akrab sih." Byantara sebenarnya tak puas dengan jawaban tantenya yang mengambang itu, tapi dia tak ingin kelihatan terlalu kepo. Ia pun diam dan menerima saja jawaban Danisha. Sementara Danisha menyembunyikan senyumnya sambil berpura-pura bercanda dengan putri bungsunya. Ia menduga, keponakannya ini memiliki ketertarikan pada teman masa kecilnya yang dulu sering diakui sebagai pacarnya. --- "Eh, aduh, maaf saya gak lihat," Byantara terkejut saat ia tak sengaja menabrak seorang siswi yang tengah membawa setumpuk buku. Ia bergegas membantu mengumpulkan beberapa buku yang jatuh dan berserakan. Ia dan Axelle sedang bercanda sambil berkejaran saat tabrakan terjadi. Axelle hanya terbahak menyaksikan, tak ada niat untuk membantu. "Iya, Kak, gakpapa," siswi yang awalnya ingin marah, mendadak gugup saat mengetahui Byantara yang menabraknya. Byantara, satu dari enam nama siswa yang sangat sering dibicarakan entah itu karena ketampanannya ataupun kepintarannya. Namun, Byantara dan Axelle dibicarakan sekaligus karena keduanya, tampan dan pintar. Radhitya sang ketus OSIS juga termasuk salah satunya. Byantara menyerahkan beberapa buku yang telah ia pungut kepada siswi tadi. Namun sesaat akan menyerahkan buku-buku itu, tak sengaja ia membaca nama yang tertulis disampul salah satu buku. Andara Aysha Shakeel. Ditariknya kembali buku itu agar dapat membaca tulisannya dengan lebih jelas. "Andara Aysha Shakeel, Kelas X IPS 1," gumamnya pelan. 'Hmm... jadi, dia!'
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD