Agung Soejipto mendatangi sebuah pemakaman umum. Pria paruh baya itu membawa seikat bunga lily berwarna putih sebagai simbol permohonan maafnya dan meletakkan bunga itu diatas sebuah makam dengan nisan bernama Sahila. Pemakaman ini adalah tempat yang paling sering pria paruh baya itu datangi disaat pria paruh baya itu hancur karena ingat dengan apa yang ia lakukan di masa lalu. Makam mantan istrinya itu yang menjadi tempat seorang Agung Soejipto mencurahkan segala hal yang tidak bisa pria itu katakan pada siapapun. Agung Soejipto menyadari dosanya di masa lalu tidak bisa dimaafkan. Kesalahannya membuat keluarganya dengan Sahila hancur tanpa bisa ia cegah dan tidak ada pembenaran yang bisa pria itu berikan atas tindakannya di masa lalu. Pria paruh baya itu sadar bahwa semua yang terjadi a