POV Cinta Saat kami bersitatap lewat spions, Mas Zain tersenyum menggoda, membuat pipiku merona. Tanganku kali ini mencubit perutnya. Bulan madu, seolah baru menikah saja. Dasar Mas Zain. Aku mempererat pelukan lalu memejamkan mata, sontak menegakkan tubuh saat merasakan dingin di wajah juga bahuku. Sebuah mobil menyalip kami dengan kecepatan penuh. Mas Zain menekan klakson berkali-kali. Kemeja putih yang ia kenakan kini berwarna kecokelatan. "Orang itu, bagaimana mungkin tidak menggunakan matanya." Mas Zain menggerutu jengkel. Ia menghentikan motor, menoleh ke belakang mengamatiku yang mengusap wajah dari air sengak. "Kita pulang, Mas. Ganti baju. Basah kuyup gi-nii." Aku juga kesal. Orang tak punya tata krama. Aku selalu mengemudi pelan setiap melewati kubangan. Nah orang tadi, seper