Tujuan (B)

1586 Words
"Hey." Ursulla menoleh. Tak jauh di belakangnya seorang pria bertubuh tegap datang menghampiri. Pria tersebut tersenyum ramah, "Ahh maaf mungkin kau tak mengenalku. Aku Kai, asisten chef di sini." ucap pria itu sembari mengulurkan tangan sebagai tanda salam. "Ursulla."  Balasnya menjabat tangan lantas ikut tersenyum sopan. "Ya, aku tau." Ursulla mengernyit sedikit bingung akan maksud pria di hadapannya. Dan rupanya pemuda bernama Kai ini menangkap rasa heran gadis itu. "Aku tau. Kau, karyawan baru di sini kan? Dan juga teman Gunia." Jelas Kai. Ursulla mengangguk, "Hmm... Kau mengenal Gunia?" Kemudian tiba-tiba saja Ursulla merasa bodoh. Tentu saja pasti kenal. Siapa yang tak mengenal si manager cantik bertubuh tinggi tegap yang sekaligus temannya itu. Pemuda bernama Kai terkekeh melihat raut wajah Ursulla yang terlihat menyesal telah bertanya sesuatu yang sudah jelas jawabannya. "Kami sudah lama bekerja di hotel ini, tentu saja kenal. Apalagi apartemen kami berdekatan." Jelasnya. Ursulla melengkungkan sudut bibirnya membentuk huruf 'O' sebagai tanda mengerti. Asisten chef itu nampak menimbang sesuatu dengan ragu. Tetapi keraguannya ia singkirkan, sejenak Kai memejamkan mata lantas berucap, "Sebenarnya.... Hmmm dari dulu aku ingin berkenalan denganmu. Kalau boleh?" Pintanya dengan penuh sopan. Ursulla sedikit tercengang, sedetik kemudian ia membalas dengan anggukan sopan, "Tidak ada undang-undang yang melarang siapapun untuk berkenalan dengan seseorang." Kai menggidikkan bahu, "Ada..... Undang-undang pernikahan." 'Hahaha' Ursulla terkekeh, lantas menunjukkan telapak tangannya yang tidak dihiasi cincin, "Aku belum menikah." Pria itupun ikut terkekeh serta lega, "Syukurlah... Well ku harap kita bisa akrab Ursulla." "Iya Kai." **** Tuan R memeriksa berkas-berkas laporan tentang hotel CBO yang tentu saja di dapat dari direktur hotel itu sendiri. Yakni direktur Hito. Dulu, sebelum menjabat sebagai direktur di hotel berbintang ini, direktur Hito merupakan asisten sekaligus pengawal tuan R. Hito merupakan asisten yang baik, loyal, informan terampil serta tangan kanan setia. Dan entah dengan cara apa Hito akhirnya bisa menjabat sebagai direktur di CBO hotel n resort. Serta, tentu saja masih bekerja untuk tuan R. Tuan R begitu serius memeriksa berkas-berkas tersebut, sesekali ia mengerutkan dahi jikalau menemukan sesuatu yang dikiranya ganjal maupun sesuatu yang penting. Ia menilik beberapa nama para pemegang saham. CBO hotel memiliki beberapa anak cabang hotel lain yang tersebar di berbagai wilayah bahkan sampai ke luar negeri. CBO sebenarnya merupakan nama dari sebuah perusahaan terkenal yang bergerak di industri makanan. Tetapi, tujuan tuan R hanya berfokus di sini. Menghancurkan hotel ini. "Lama tak bertemu, tak ku sangka kau sudah berada di kota ini. Raiden." Suara itu sejenak membuat tuan R terkejut namun berhasil ia tutupi dengan wajah dinginnya. Tuan R lalu mangangkat wajah mengalihkan atensi dari tumpukan kertas kemudian menyenderkan punggungnya di kursi kerja lantas bersendekap. "Siapa yang menyuruhmu masuk, paman?" "Sekretaris mu." Pria tua dengan sedikit jenggot putih itu sama sekali tak terpengaruh akan tatapan tidak suka tuan R kepadanya. "Ku rasa aku perlu mengganti sekretaris yang baru." gumam tuan R. Sejenak pria tua itu terkekeh. Dengan tongkat mewah berwarna gold di bagian ujungnya terdapat ukiran kepala burung elang, pria itu melangkah mendekati tuan R lantas berucap, "Ku dengar kau tidak tinggal di rumahmu Raiden." Tuan R memandang sinis, "Kurasa kau sudah mencari tahu aku tinggal di mana." "Hahahaha, kau memang bocah pintar." Ekspresi pria yang disebut pamannya itu berubah serius, "Apapun yang kau rencanakan akan ku pastikan semua itu sia-sia." Tuan R hanya memasang wajah datar sembari mengangkat sudut bibirnya tak terintimidasi sama sekali. "Terimakasih atas peringatannya. Dan ~."  Tuan R lalu menopang dagu, menyisiri diri pria tersebut, "Aku heran mengapa ayahku begitu percaya padamu, tuan Yung." Ya, pria tua yang ada di hadapannya  merupakan teman ayah kandung tuan R. Ayah tuan R yang juga keturunan bangsawan memiliki berbagai bisnis yang tersebar di mana-mana. Salah satunya adalah CBO hotel n resort. Hotel bintang lima yang menjadi andalan CBO group dan yang akan dihancurkan oleh anaknya sendiri. Tentu saja di balik rencananya tuan R memiliki alasan. **** Sepanjang siang ini, rasa-rasanya Ursulla tak melakukan apapun. Si empunya kamar entah pergi kemana, bahkan hari hampir menjelang sore tapi tuan R belum kunjung datang. Ia hanya melihat dua pengawal tuan R yang berjaga tak ada gunanya di kamar ini. Apa yang mereka jaga? Pikir Ursulla. Toh majikannya tidak di sini. Ursulla memutuskan membersihkan kamar VVIP yang memang sebenarnya sudah bersih. Sesekali ia melayani dua pengawal tuan R barangkali mereka membutuhkan sesuatu. Ursulla mendesah, di kamar yang begitu luas ini dalam keadaan sepi Ursulla jadi merasa sedikit aneh. Aneh, dia sebagai butler tetapi kalau dipikir pekerjaan itu tidak terlalu berat seperti yang ia bayangkan dulu. Menghela nafas, Ursulla hendak melangkah menuju kamarnya tetapi sebuah deringan ponsel menghentikan langakahnya. Merogoh saku pakaiannya Ursulla mengernyit menatap layar ponsel. Nomer tak dikenal. Semula ada keraguan tetapi Ursulla akhirnya memutuskan mengangkat telepon itu. "Halo." "Ursulla." "Maaf ini siapa?" "Aku Kai.... Oh maaf aku meminta nomermu dari Gunia." "Ow... Hmmm iya tidak apa-apa Kai." Ursulla bisa mendengar dengusan lega di seberang. "Aku harap tidak meng~." Tiba-tiba saja terdengar suara pintu kamar hotel terbuka. Pertanda si penghuni asli telah tiba. Ursulla pun reflek langsung menyela pembicaraan di telpon. "Maaf Kai, penghuni kamar VVIP sudah datang. Aku harus bekerja dulu." Ucapnya setengah berbisik dan pria di seberang telepon nampak tidak keberatan. Ursulla kemudian menutup teleponnya lalu berbalik hanya untuk menemukan tuan R yang sudah berdiri tak jauh di belakangnya sambil memincing sebelah alis. Ursulla sedikit berjengit, niat semula dirinya hendak menyambut tuan R tetapi si penghuni kamar sudah terlebih dulu ke dalam ruangan. Dan sepertinya tuan R memiliki langkah seringan bulu, hingga nyaris tak terdengar suara langkah kakinya. Seketika Ursulla memasang posisi hormat, "Selamat sore tuan." Tuan R hanya terdiam dan mengangguk. Sekilas tuan R melirik ponsel yang masih berada dalam genggaman tangan Ursulla. Tanpa bertanya apapun tuan R seketika melenggang pergi menuju ruang tidurnya. "Siapkan handuk bersih untukku! Aku akan mandi." Perintah tuan R. "Ya tuan." Ursulla seketika bergegas melaksanakan perintah tuan R. Mengambil beberapa handuk bersih yang disiapkan di lemari khusus, Ursulla mengernyit menyadari bahwa tuan R tidak suka menggunakan barang yang sama untuk ke dua kali. Terbukti dari seringnya tuan R mengganti handuk putihnya dengan yang baru. Hati-hati Ursulla melangkah menuju ruang tidur tuan R, di dalamnya terdapat kamar mandi pribadi untuk tuan R membersihkan diri. Dan Ursulla bisa mendengar suara shower, pertanda tuan R sudah berada di dalamnya. Beberapa menit Ursulla menunggu dalam diam kemudian si empunya kamar keluar dengan menggunakan jubah mandi berwarna putih, membuat Ursulla sedikit menunduk dengan pipi memerah melihat penampilan tuan R yang seperti itu. Rambut tuan R basah nampak acak-acakan tapi tetap saja terlihat seksi. Ursulla membatin. Sedikit gugup Ursulla menghampiri tuan R lalu memberikan handuk yang sedari tadi dibawanya. "Handuk anda tuan." Tuan R menerima lalu diusapkannya handuk tersebut ke dalam rambutnya yang basah. Kemudian, segera Ursulla pamit undur diri. "Tunggu!" Kata tuan R tiba-tiba. Melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ursulla berhenti lantas menoleh, "Ya tuan." "Kau bisa ganti pakaian. Aku yakin sedari tadi kau menggunakan seragam itu. Jam kerjamu sudah habis, kau bebas." "Be... Benarkah tuan?" "Ya, Sulla." Ursulla nampak sumringah, "Terimakasih tuan." "Tapi hanya sekedar mengganti seragam. Kau tetap harus melayaniku! kapanpun aku butuh, meski tanpa seragam." Ucap tuan R lambat-lambat tetapi dengan nada penuh keharusan. Mendengar itu, raut wajah Ursulla surut sudah tetapi bagaimanapun juga ia berada di sini untuk tuan R. "Ya tuan, saya mengerti." Ursulla melenggang pergi, sementara itu tuan R masih mengamati Ursulla dengan begitu dalam. Lalu menghela nafas, "Sepertinya akan ku tunda dulu urusanku denganmu Sulla." **** 'Kau sudah bertemu dengan Kai?' dia tadi meminta nomermu. Maaf tidak meminta ijin terlebih dulu padamu Sulla.' :-( Pesan dari Gunia dengan caption menyesal. Ursulla tersenyum, jemarinya langsung mengetik membalas pesan Gunia. 'Iya tadi kami bertemu. Tidak apa-apa Gunia.' Tak lama Gunia membalas, 'Syukurlah... Oh ya kau tahu kurasa dia menyukaimu. Sudah lama Kai sering menanyakanmu. Aku pikir hanya sebagai formalitas karena kau karyawan baru tetapi sepertinya tidak seperti itu. Kai pemuda baik Sulla. Mungkin kalian bisa berkencan.' Ursulla membaca dengan seksama lalu berpikir. Asisten chef itu lumayan tampan, cara bicaranya pun terlihat sopan dan dari penampilannya, Kai pasti seorang pemuda dari keluarga terpandang.  Tak mungkin dia bisa menyukai seorang seperti dirinya. Ursulla tersenyum masam. Ya Ursulla selalu memandang rendah diri sendiri dan berkecil hati serta tak percaya diri. Kisah cintanya dulu seakan jadi momok untuknya. 'Ya, kita lihat saja Gunia.' Balas Ursulla. **** Dan benar tiga hari sejak saat itu Ursulla sering bertemu dengan Kai. Kai sesekali mengirim pesan dan asisten chef itu juga kerap mendatangi Ursulla di sela-sela jam istirahat. Mereka berbincang ringan serta terlihat Kai begitu perhatian terhadap Ursulla. Kai pemuda yang renyah, ia sangat ramah. Kai sepertinya bisa menjadi teman mengobrol yang sangat baik. Dan Ursulla harus menganggap Kai sebagai teman saja tidak lebih. Selama tiga hari ini, ia juga jarang sekali melihat tuan R. Di pagi buta tuan R selalu meninggalkan hotel dengan beberapa pengawal pribadinya dan pulang pada saat malam telah larut bahkan hari sebelumnya tuan R terlihat tak kembali ke hotel. Entah apa yang dilakukan tuan R, sepertinya dia sibuk sekali. Oleh karena itu pekerjaan Ursulla selama beberapa hari ini disalurkannya dengan membersihkan seluruh ruangan tuan R, merapikan pakaian tuan R, mencuci serta beberapa pekerjaan rumah tangga lainnya. Ursulla bersenandung sembari melipat selimut. Kemudian deringan ponsel menghentikan aksinya. Ursulla mengulum senyum menerima telepon dari ibunya. Sang ibu pasti merindukannya. Beberapa lama ia mendengar suara sang ibu di seberang dan seketika itu juga senyumannya surut. Wajah cerianya mendadak suram. Ursulla mengusap kasar wajahnya. Apa yang harus ia lakukan? Perlahan Ursulla mengangguk. 'Ya ibu, akan ku usahakan. Ibu jangan cemas.' Ucapnya kemudian mematikan ponsel. Sang renternir rupanya enggan menepati janji pelunasan hutang selama dua bulan. Tetapi bukan itu yang Ursulla khawatirkan. Ia khawatir akan kondisi ayahnya yang selama hampir satu tahun terbaring tak berdaya di rumah sakit. Karena untuk membiayai pengobatan sang ayah, terpaksa mereka menjual toko serta meminjam uang kepada renternir. Ini semua demi kesembuhan sang ayah. Lalu sekarang, kondisi ayahnya semakin kritis. Ibunya meminta Ursulla untuk segera menemukan laki-laki yang dapat menopang kehidupan mereka. Setidaknya kehidupan anak gadisnya. Jika tidak, renternir sialan itu akan memaksa menjual Ursulla sebagai pelunasan utang. Ursulla menghela nafas panjang. Sebaiknya dia mencoba menerima seseorang. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD