Suasana kitchen semakin sibuk menjelang jam makan malam. Para chef bergerak cepat, suara panci dan alat masak beradu, dan aroma masakan Italia memenuhi udara. Di sudut belakang, Romy dan Asih masih berkutat dengan tumpukan piring yang terus berdatangan. Air mengalir tanpa henti. Uap panas mengembun di dinding stainless steel. Tiba-tiba, seorang asisten chef muncul di pintu. “Romy!” panggilnya lantang. Romy menoleh, tangan masih penuh sabun. “Iya?” “Asisten chef minta kamu bantu motong sayur. Cepat ya, bahan mau dipakai sekarang.” Romy mengangguk cepat. “Baik!” Ia menoleh ke Asih. “Bu, saya tinggal dulu. Hati-hati ya, banyak piring pecah tadi masuk.” Asih menahan napas, tapi mengangguk. “Iya… sana sana, cepat.” Begitu Romy pergi, Asih berdiri sendirian di area pencucian piring yang

