Luka Hati Gia

1068 Words

Maaf Bu Gia, Mas Romy sedang sibuk banget, pesanan banyak hari ini.” Gia terdiam, lalu tersenyum getir. “Baik, nanti saya hubungi lagi.” Ia menatap layar ponsel yang kini gelap, matanya mulai basah kembali. “Romy… kamu tidak tahu… ibumu menolak aku, tapi kamu juga tidak tahu… rumah yang kamu beli, usaha yang kamu bangun, separuhnya adalah uangku.” Air mata Gia menetes pelan. Di balik kesedihannya, ada nyala tekad yang tumbuh. “Aku akan bicara langsung padamu, Rom. Aku tidak akan biarkan semua ini runtuh begitu saja.” Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat. Rumah Romy sunyi, hanya suara jangkrik dari halaman yang terdengar sayup. Di ruang tengah, lampu menyala redup. Asih duduk di kursi rotan dengan daster batik dan selendang tersampir di bahunya. Wajahnya tampak tegas, bahkan se

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD