“Ca, kamu kenapa?” tanya Va’as. Lekat ia menatap wajah istrinya yang seminggu ini berubah menjadi pendiam, benar-benar tak banyak bicara. Caca membalas tatapan suami yang tidur di sebelahnya dengan satu tangan yang menyangga kepala. Tampan, sungguh sangat tampan dan tidak ada kecacatan sedikit pun. Lagi dan lagi tentang kekurangan dan kelebihan manusia. Apa yang bisa Caca lakukan selain bersabar, menunggu keadaan Va’as yang santai agar bisa diajak bicara dan tidak memancing emosi atau amarahnya. Tentang Uva dan Desta masih terngiang dan Va’as baru terlihat membaik beberapa hari ini. Caca tak ingin salah bicara yang justru akan mengakibatkan keadaan menjadi memburuk. Cup! Kecupan di bibir yang singkat, jari jempol Va’as mengusap sudut bibir Caca lalu kembali mengecup di tempat yang sama