16

1037 Words
Mobil Arga melesat dengan sangat kencang hingga tak terasa sudah berada di depan kafe tempat Shila bekerja.Mobil itu berhenti dan parkir di depan halaman Kafe. Arga turun lebih dulu dan membukakan pintu mobil untuk Shila. Shila pun keluar dari mobil dan berdiri di samping Arga. Arga menutup pintu mobil dan berniat mengantar Shila sampai mauk ke dalam sambil ingin menitipkan Shila pada Reno. Tanpa sengaja, Arga melihat bagian belakang Shila. Tubuh Shila yang kurus dengan pakaian ketat dan leher jenjangnya begitu memikat. Arga melepas ikatan rambut Shila yang memperlihatkan lehernya itu. Shila menoleh ke belakang an menatap Arga lekat. "Kenapa?!" ucap Shila kesal. "Au gak suka lihat kamu memamerkan leher kamu," jelas Arga lalu menggandeng tangan Shila menuju pintu depan Kafe. Reno sudah berdiri di depan pintu masuk kafe menyambutdan menyapa Arga dan Shila yang baru saja datang tepat pada waktunya. "Selamat datang ke Kafe ini, Arshila Valentine ..." Sapa Reno dengan senyum penuh arti. Deg! Deg! Deg! Arshila begitu kaget mendengar sapaan dengan sebutan nama panjangnya itu. Padahal Shila tidak memberikan identitas tentang dirinya. Kenapa Reno bisa tahu? Jangan -janagn Reno mengenal Shila? Apakah benar begitu? Arga menoleh ke arah Shila yang terlihat gugup dan panik. Arga menggenggam tangan Shila semakin erat. Rasanya ingin bertanya ada apa sebenarnya? Tapi, Arga tdak sanggup. Senyum Reno semkin melebar seolah ia mengenal Shila dengan baik. Tatapannay juga begitu tajam ke arah Shila yang terdiam mematung di depannya. "Eum ... Jadi saya sudah bisa bekerja sekarang?" tanya Shila dengan suara bergetar. Jujur, Shila belum bisa menghilangkan rasa gugupnya. "Bisa. Sebentar. Kevin!" panggil Reno pada anak buahnya bernama Kevin. Kevin pun segera menghampiri Reno dan menunduk sopan. "Iya Pak Reno," jawab Kevin begitu hormat. "Dia Arshila. Bantu dia belajar bagaimana melayani paratamu yang datang," titah Reno pada Kevin. "Ba -baik Pak," jawab Kevin sambil melirik ke arah Shila. Shila mengangguk dan tersenyum ramah. Sebagai anak baru, Shila harus benar -benar menjadi orang bisa di andalkan dan tidak terkesan bodoh. Kevin mengajak Shila masuk ke dalam dan mulai membantu Shila dengan pekerjaan utma Shila nanti. Reno mengajak Arga, sahabatnya ke arah samping. Keduanya berjalan berdampingan. "Suah punya pacar?" tanya Reno pada Arga. "Sudah," jawab Arga tanpa pikir panjang. Padahal ia baru saja memutuskan Vira. "Pasti kekasih kamu cantik, Ga. Kamu kan ganteng," ucap Reno tertawa. "Cantik atau tidak itu relatif bukan? Sekarang yang terpenting itu kenyamanan. Karena kalau sudah nyaman, tidak akan ada yang bisa menggantikannya," jawab Arga begitu santai. Arga merasa Reno, sahabatnya itu sudah berubah dan sangat berbeda dengan Reno yang Arga kenal dulu. Reno yang dulu tidak pernah ikut campur urusan Arga. Kenapa sekarang jadi julid banget kayak perempuan. "Kapan -kapan, bawa pacar kamu makan di sini," pinta Reno pada Arga. "Nantilah. Aku sebenarnya belum ingin ngurusin tentang hubungan. Masih mau fokus sama karir akuu dan aku mau melanjutkan sekolah juga," ucap Arga dengan jelas. "Oke. Mauu ngopi?" tawar Renp pada Arga. "Gak perlu Ren. Aku kayaknya harus segera pulang. Mau tidur. Tadi malam, aku kerja shift malam dan belum sempat istirahat. Titip Shila ya. Kalau ada sesuatu kamu bisa hubungi aku," pinta Arga yang kemudian berpamintan untuk pulang. "Siap Ga. Kamu tahu kan? Aku itu sagabat kamu yang paling bisa dipercaya. Kapan -kapan kita nongkrong lagi," tawar Reno pada Arga yang sudah membalikkan tubuhnya untuk segera pergi dari kafe itu. "Siap. Next time ya." Reno menatap sinis ke arah Arga yang sudah memunggunginya. *** "Gimana Ren?" tanya Vira. "Dia bilang punya kekasih kok. Pasti itu kamu kan, Vir," ucap Reno jujur. "Masa sih? Tadi dia mutusin aku. Aku curiga deh, sama cewek itu. Siapa sih dia? Kamu harus cari tahu, Ren," pinta Vira mendesak Reno. "Udahlahh Vir. Urusan cowok aja kamu sampai kayak begini. Kenapa kamu gak cari cowok lain aja sih? Secara kamu kan perawat. Untuk mendapatkan dokter muda kayak Arga itu kan gak sulit," jelas Reno pada Vira. "Gak usah sok nasihatin aku, Ren. Inget, siapa yang bawa kamu kesini. Jangan lupakan budi baik keluarga aku sama kamu. Kalau bukan karena Papa aku, kamu udahh jadi gembel dan gak bisa seperti sekarang ini," jelas Vira dengan suara nyinyir. Reno menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan. Ia harus menghadapi Vira dengan kepala dingin. Kalau seperti ini terus, Reno bisa di injak -injak oleh Vira. Di mana harga diri Reno sebagai laki -laki. Selvira menutup teleponnya dnegan kasar. Ia paling tidak suka dengan Reno yang malah membela Arga bukan membel dirinya. Reno mengeratkan kepalan tangannya dan memasukkan ponselnya ke saku celana. Ia melihat Shila yang barusaja selesai membersihakn meja dan mendorong troli untuk membawa cucin kotor ke arah dapur. "Shila! Setelag bawa itu ke dapur. Ke sini sebentar," titah Reno pada Shila. "Iya Pak," jawab Shila dengan suara keras karena berada di sisi yang berbeda. Shila berjalan cepat menghampiri Reno. "Ada apa? Bapak memanggil Shila?" tanya Shila sedikit ragu. "Kamu mau sampai kapan menyembunyikan identitas diri kamu?" tanya Reno dengan sorot mata begitu tajam ke arah bola mata Shila. Shila begitu terkejut. Kekhawatirannya ternyata benar. Reno sepertinya mengetahui sesuatu tentang Shila dan keluarganya. "Aku Shila, aku gadis kampung," ucap Shila pelan. "Hmm .. Hebat sekali penyamaran kamu, Arshila Valentin,, putri tunggal dari Keluarga kaya raya Larry Walson. Kamu masih mau mengelak dengan kenyataan ini? Apa perlu aku buka lagi?" ucap Reno tertawa puas melihat ketakutan Shila. Ternyata bahaya masih mengintainya. Walaupun ia pergi sejauh mungkin. Tetap saja ada orang yang tahu tentang dirinya. Padahal, Shila sudah berubah total. Ia sengaja melakukan hal -hal sederhana agar orang tidak mengenal dirinay sebagai putri yang manja. "Kenapa? Kamu kaget? saya tahu hal ini? Sejak kemarin, saya encari tahu soal kamu. Setahu aku, Arga itu adalah anak tunggal. Kalau pun bilang sepupu, keluarga Arga tidak begitu banayk punya saudara. Jadi rasanay tidak mungkin," ucap Reno pada Shila. "Kalau ternyata Bapak salah tentang saya? Saya sama sekali tidak mengenal Arshila Valentine. Itu bukan saya," jawab Shila begitu lugas. "Oh ya? Bukan kamu? Ada hal lain lagi. Kamu satu -satunya, orang yang bisa melarikan diri dari pembantaian itu. Kamu target utama dari para pembunuh itu," ucap Reno mengintimidasi Shila. Shila tertawa kecil. "Jangan terlalu banyak nonton film ationn, Pak. Malah ngehalunya ketinggian," jelas Shila. "Shila mau lanjut kerja. Permisi." Shila sengaja menghindari pembicaraan ini dan ia pergi dari hadapan Reno lalu pergi bekerja kembali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD