4

1142 Words
Ceklek ... "Arga?!" ucap Selvira dengan kedua ata membulat melihatsosok perempuan yang cantik berada di dalam kamar kekasihnya itu. "Eh ... Vira. Ini gak seperti yang kamu bayangkan. Dia sepupu aku. Ya, sepupu aku," jelas Arga berbohong. Selvira masuk ke dalam kamar itu dan duduk di sofa sambil menatap Shila dengan tajam tanpa berkedip. Selvira masih syok melihat kehadiran Shila yang katanay adalah sepupu Arga. Arga ikut duduk di samping Selvira dan meraih tangan Selvira yang lentik kemudian di genggam erat. "Sayang ... Jangan salah paham dulu. Dia ini sepupu aku," ucap Arga terus meyakinkan Selvira. "Kamu gak bohong kan, Ga?" ucap Selvira dengan wajah serius. Arga tersenyum lalu berucap, "Enggak sayang. Lihat saja, ini smeua masih berantakan. Ini oleh -oleh yang dia bawa buat kamu." Selvira menarik napas lega. Walaupun sebagai perempuan, ia tidak mudah begitu saja percaya. Selvira mmeilih untuk tetap peraya pada Arga, kekasihnya. Selvira adalah seorang perawat yang bekerja di rumah sakit yang sama dengan Arga. Ia juga berasal dari kota yang kemudian harus pindah ke kota lebih kecil untuk mengadu nasib. "Siapa namanya?" tanya Selvira lembut. "Eum ... Hei kamu sini dulu. Ini Vira pacar aku. Dia mau kenlaan sama kamu," titah Arga pada Shila. Shila pun berjalan mendekati Vira lalu mengulurkan tangannya dengan sopan. "Arshila, pnggil aja Shila," ucap Shila begitu ramah. "Vira," jawab Selvira dengan ketus dan sombong. Arhila pun mengangguk dan membalikkan tubuhnya. Ia tidak tahu haru sberbuat apa. Mau keluar juga kemana? Shila belum tahu daerah disini. Mau diam disini kok malah kayak obat nyamuk. "Hah! Menyebalkan sekali. Kenapa harus terjebak pada situasi yang seperti ini sih?" umpat Arshila di dalam hati. Arshila duduk di lantai sambil menyandarkan tubuhnya pada ranjang. Ia berusaha tidak ingin tahu apapun pada pasangan yang sedang bermesraan di belakangnya. Shila harus menulikan telinganya. Arga sekilas melirik ke arah Shila yang hanya terlihat pucuk kepalanya saja. "Semalam kemana sih? Vira hubungi gak bisa?" cicit Vira manja. "Hmm ... Aku kan capek, Vira. Semalam itu pulang larut, ada pasien malam -malam masuk UGD, terpaksa harus dipantau dulu," jelas Arga pada kekasihnya. Vira menyandarkan kepalanya pada lengan Arga dan duudknya pun sedikit mendekat pada Arga seperti takut kehilangan. "Eum ... Sepupu kamu berapa lama tinggal di sini, Ga?" tanya Vira lagi. "Dia lagi cari kerja, Vira. Jadi gak tahu smapai kapannya," jelas Arga berbohong. Kalaau saja, Vira tahu, Shila baru saj abertemu dengan Mama Arga dan dikira kekasih yang selama ini diceritakannya. Bisa mampus Arga sekarang. "Emang lulusan apa?" tanay Vira lagi. "Eum ..." Arga hanya menggumam pelan. Ia sama sekali tak mengenal Arshla. Tahu namanya juga baru saja. Oh, my GOD, janagn sampai Vira curiga. "Hei ... Shila! Kamu lulusan apa?" tanya Arga degan lantang sedikit berteriak. "SMK Om," jawab Shila tak kalah lantang. Vira sontak tertawa mendengar Sila memnaggil Arga dengan sebutan Om. "Kamu dipanggil Om?" ucap Vira terkekeh. "Kamu jangan godain aku begitu, Vira," bisik Arga kesal. "Ya itu dipanggil Om," ucap Vira dengan nada mengejek. "Kamu jangan ikut -ikutan, Vira," ucap Arga sambil menggelitik pinggang Vira, Wajah Vira dan Arga begitu dekat. Arga dan Vira baru beberapa bulan pacaran. Itu juga, karena Vira yang terus mengejar Arga dengan memberikan perhatian lebih. Akhirnya Arga pun luluh. Biasanya sikap Arga pada Vira tidak seperti ini. Arga sosok lelaki yang diam, tidak banyak bicara, tidak suka bercanda, dingin, terlihat angkuh. Ia memang kurang menyukai perempuan setelah menjadi dokter. Entah kenapa perasaan itu tiba -tiba saja hilang dan entah meluap kemana. Kepada Vira saja, Arga hanya coba -coba. Lebih tepatnya kasihan. Sudah dua tahun Vira mengejarnya sampai telinganya risih mendengar nasihat banyak orang yang bilang, udah Ga, terima aja. Gak ada salahnya lho nerima Vira. Dia anak baik. Fix! Arga terima Vira sebagai kekasih. Vira terdiam dan tetap menatap wajah Arga yang ada di sampingnya. Ia berharap pagi ini, Arga melakukan morning kiss seperti film drama korea yang sering ia lihat. Arga hanya menatap Vira dan tidak memajukan wajahnya lagi. Vira pikir, Arga bakal mencium bibirnya. Sebagai pacar, berharap dicium bibirnya itu sesuatu hal yang wajar kan? "Eum ... Kamu kerja shift berapa?" Tiba -tiba saja, Arag tersadar dan memilih menggeser duduknya. Vira mengernyitkan dahinya dan melihat jarak sedikit di antara mereka. "Kenapa Ga?" tanya Vira merasa aneh. Bagi Vira, hari ini, Arga sangat aneh sekali. Dalam hati Arga terus menahan gejolak hasratnya yang tiba -tiba saja muncul. Ia harus bis amengendalikan nafsunya hanya untuk istrinya kelak. Boleh kan, Arga memegang prinsip kuat itu? Makanya kenapa Arga tidak mau mengenal perempuan lalu jatuh cinta, dan bucin. Terakhir bakal b*******h dan free s*x. Itu kan kebanyakan orang yang lakukan slema apacaran. Padahal, belum tentu jadi nantinya. "Gak apa -apa. Mau ngemil apa Vir?" tanya Arga lagi. Arga berdiri dari sofa dan menatap beberapa makanan yang memang sedang dirapikan tadi di lantai bersama Shila. "Jalan yuk, Ga? Kamu shift malam kan? Aku hari ini free," pinta Vira yang ikut dudk di lantai dan menggelendot manja pada Arga. "Mau kemana?" tanya Arga sambil sibuk mengeluarkan semua snack makanan dari dalam kardus. Arga ingin membagikan pada teman -teman kerjanya dan beberapa anak kost yang dekat dengannya. "Ke Mall terus makan siang, terus belanja -belanja, kan habis gajian," jelas Vira penuh harap. "Oke. Tapi Shila ikut ya? Dia mau cari baju, terus mau daftar kerja. Dia belum tahu kota ini," jelas Arga yang tak sengaja melihat poster lowongan kerja yang di bawa Arshila ke dalam kamar. Setidaknya, Arga membantu Shila sebagai permohonan maaf karena telah menabrak gadis itu. Kalau sudah beres dan Shila sudah bekerja, mungkin Arga bisa menyuruh Shila untuk pindah dari kost ini dan hiduo mandiri. Jadi, biarkan Shila berada di kostnya selama beberapa waktu untuk memastikan lukanya tidak ada yang serius. Soal Mama? Itu bisa di atasi. Lagi pula, Arga sudah punya Vira. Seharusnya Vira yang dikenalkan pada kedua orang tuanya. Bukan malah Shila. "Kok malah bengong, Ga? Ayo cepet mandi. Aku mau kok kita pergi bertiga," jelas Vira mengalah. Dari pada Arga mengurungkan niatnya. Lebih baik Vira mengalah saja. Baru kali ini, Arga mau di ajak pergi. Beberapa bulan pacaran degan Arga seperti manusia pacaran dengan kulkas. Adem, anyep, hambar, dan aneh. Gimana tidak? Mereka bekerja dengan shift yang berbeda. Padahal dulu, saat masih mengejar Arga. Vira selalu mendapat shift bersama bahkan satu ruangan di IGD. Seru sekali, bukan. Setelah pacaran, sikap Arga gak jauh beda. Dia tetap dingin dan sama sekali tidak mesra. Fokus utamanya tetap pekerjaan dan pasien, bukan dirinya yang sudah menjadi kekasih Arga. "Oke aku mandi dulu." Arga langsung berdiri dan mengambil pakaian dari lemari. Ia memilih pakaian yang pas dan melirik ke arah Shila yang menunduk dengan kedua kaki ditekuk sebagai bantalan kepalanya. Kasihan juga lihat gadis ini. Eits ... Gak boelh iba sama orang asing yang tidak jelas jluntrungannya. Arga sudah masuk ke dalam kamar mandi. Vira beranjak berdiri dan mendekati Shila. "Kamu bukan sepupunya, Arga kan?!" tanya Vira ketus dengan tatapan begitu sinis pada Shila.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD