Part 4. Sesuai janji.

1237 Words
Esokan paginya, Lika telah bersiap untuk berangkat kerja, namun pada saat membuka pintu, beberapa orang bertubuh tinggi tegap berpakaian jas hitam berdasi serta kacamata hitam tengah berdiri. Lika kembali menutup pintunya, apa dia sedang berhalusinasi di pagi hari telah terdapat para pria tidak dikenalnya. Sera akan siap untuk keluar Lika menahannya, Sera berkerut heran. "Kenapa dirimu? Apa ada yang salah dengan penampilanku hari ini?" tanya Sera pada Lika.  Lika mencoba memperhatikan wajah Sera cukup lama sambil memegang dagunya. "Tumben hari ini sangat rapi, mau kemana? berkencan dengan  Boy?" Lika bertanya kembali. "Tentu, aku berkencan dengan pacar tercintaku. Minggir sana. Aku sudah terlam—" "Eh—" Lika masih mencegah, namun Sera lebih dulu membuka pintunya. Semua seperti waktu terhenti. Di depan pintu ada sosok pria berpakaian rapi berdiri disana. Dengan spontan Sera kembali menutup pintu itu tanpa berkata sepatah kata pun. Orang yang berdiri di depan pintu masih memilih untuk bersabar menghadapi rumah kontrak itu.  Sedangkan Sera masih belum yakin dengan apa dia lihat tadi. "Aku tidak sedang halusinasi, kan?" Dia bertanya pada Lika.  Lika menggeleng. "Apa ini bukan mimpi. Coba kau cubit tanganku, aku takut ini hanya mimpi," sungutnya Sera pada Lika.  Sera mengintip di lubang pintu, dia harus memastikan sekali lagi kalau orang yang berdiri di depan itu bukanlah si Tuan Big Seks. "Aww! Sakit!" desis Sera mengelus lengannya saat Lika mencubitnya. "Kau yang menyuruhku, sekarang ini bukan mimpi. Aku harus bagaimana?" ucapnya. "Kenapa kalian berdiri di depan pintu." Giliran  Dina menghampiri mereka berdua. Sera dan Lika menghalangi jalan. Ini akan lebih fatal jika dia mengetahui si Tuan Big seks datang ke rumah kontraknya. "Ada apa?" tanya Dina heran pada dua temannya. "Minggir,  kita akan terlambat masuk kerja," tuntas Dina saat membuka pintu, Lika dan Sera baru saja akan menghalangi namun ...  Dina membulatkan matanya tidak salah melihat seseorang berdiri dengan tegap,  Philip tersenyum pada Dina. Dina mundur selangkah untuk siap menutup kembali pintu itu. Namun terlambat, Philip sudah membatasi untuk tidak tertutup lagi. Satu tangan melebarkan pintu itu, Lika akan bersiap untuk kabur dari sana. Cengkraman tangan dari Philip berhasil mendahuluinya. Sekarang Dina dan Sera menatap tangan antara Philip dan Lika. "Kalian?" Dina menunjukan ujung jari arah tangan ke Lika dan Philip. Lika terus menarik paksa agar melepaskan cengkraman dari Philip. Philip mengeratkannya.  "Maaf, Dina. Hari ini saya menjemput pacarku. Kalau begitu, aku permisi dulu." Berlalu pergi tanpa memberi kesempatan untuk Dina mengucapkan sepatah katapun. Dina dan Sera masih bingung dengan aksi Philip terhadap Lika.  Mereka saling bertatapan pandangan satu sama lain. "Kita harus bagaimana? Lika pasti akan bermasalah terus dengan Philip," ucap Sera lalu bertanya pendapat dari Dina. Dina menggigit jarinya mencari cara agar Lika lolos dari Philip. "Aku buntu memikirkannya, kita akan pikirkan bagaimana nantinya. Sekarang kita ke klub dulu,"  jawab Dina. Lika terus meronta untuk melepaskan cengkraman tangan dari Philip. Dengan kasar ditepisnya. Satu tamparan mendarat di pipi Philip lagi. Lika tidak suka disentuh olehnya yang kasar dan menjijikan. Philip merasa sudut bibirnya terasa asin manis. Bibirnya tersobek. "Aku sudah berapa kali bilang padamu, syaratku masih berlaku. Jangan sekali kau menyentuh dengan tangan kotormu itu. Ini masih belum seberapa!" tegas Lika padanya, dia kembali berputar tubuhnya pergi dari hadapannya. Para bawahan Philip menghalanginya, Lika berhenti untuk melewati jalan lain. Masih sama, Lika menerobos dari mereka. Dia sedang tidak ingin bermain cara anak-anak seperti Philip. Tidak lama tubuh Lika terangkat oleh mereka. "Hei! Turunkan aku, lepaskan! aku bilang jangan sentuh aku!" Philip melemparnya masuk ke mobil dan mengunci tubuhnya. Jarak mereka sangat dekat. Lika tercekat dan menarik napasnya dalam-dalam. "Jika kau tidak ingin disentuh, turuti perintahku, atau para sahabatmu akan menjadi dunia malam membahagiakan," ucapnya berbisik pelan. Lika masih diam menatap bola mata berwarna hijau abu-abu. Philip kembali ke posisinya, Lika duduk manis dalam diam. Mobilnya kembali dijalankan dari  area parkir halaman rumah kontraknya. **** Philip bukannya mengantar Lika ke klub, tapi ke kantornya. Lika melihat arah jalan berlawanan, dia mulai terlihat panik. "Kau membawa aku ke mana? Ini bukan arah jalan tempat kerjaku," Lika bertanya pada Philip "Hari ini kau tidak bekerja, kau cukup temani aku di kantor," jawabnya tenang "Kau tidak bisa sesu—" Philip memotong pembicaraannya, "Aku telah memberi izin pada Dina. Jika kau tidak percaya, kau  bisa meneleponnya." Lika segera menghubungi Dina, dan ternyata benar bahwa Philip telah meminta izin padanya. Lika tidak bisa berkata apa-apa lagi.  Dia cukup diam menurut perintah dari pacar kontrak si tuan Big Seks.  Apakah ini kisah ceritaku baru saja akan dimulai? - batin Lika dalam hati berkata pada dirinya sendiri. Atau ini hanya rekayasa, kalau memang kisah baru saja akan dimulai, apakah ini aku sebagai dunia hiburan baginya? - terus bertanya pada dirinya sendiri. Aku mengira menjadi profesi ratu Queen love, semua akan lebih baik-baik saja. - batinnya lagi. "Ayo turun!" Ketika mobil telah berhenti di depan lobi, Lika masih dengan pemikirannya. Tangan besar, garis panjang melingkari tempat keabadian cerita, jari panjang yang kokoh tanpa ada luka di dalamnya. Apa, ini pertanda aku akan baik-baik saja? - berkata dalam dirinya sendiri. Philip pegal dengan tangannya diulurkan ke depan. Lika keluar tanpa memegang tangan Philip. Karena dia masih memikirkan dirinya sendiri. Sampai di gedung tinggi megah dan mewah. Seisi gedung memperhatikan seorang wanita berdampingan dengan Philip. "Siapa wanita di samping Tuan Philip?" "Dia sangat cantik," "Apa selingkuhannya?" "Dapat dari mana wanita secantik dia?" "Aku ingin seperti dia!" "Dia sangat beruntung." Desas-desus terus bergema di telinga Lika, Kenapa semua orang ikut campur urusan hidupnya. Lika akui dia tinggi dan cantik, tapi Lika tidak tertarik dengan harta melimpah. Ya mungkin, apa kehidupanku benar-benar  akan di mulai. - batinnya lagi. Di ruangan ukuran lumayan besar bisa dimasuki oleh beberapa orang.  Philip duduk di kursi besarnya. Lika berdiri entah posisi bagian mana yang pastinya tidak berdekatan dengan Philip. Setelah beberapa lama berdiri, Philip memintanya untuk lebih dekat dengannya. Lika ingin menolak, tapi sebuah ancaman itu membuatnya harus mendekat, Lika terlihat tidak nyaman ada di dekatnya. Mata demi mata melirik dirinya.  Tak berapa lama, seorang wanita masuk ke ruangan Philip.  Tepat pada saat Philip menarik pinggang Lika duduk di pangkuannya. Lika terus meronta, situasi malah membuatnya kembali panas. "Philip!" teriakan dari suara wanita membuat Phillip melepaskan pelukan.  Lika turun dari pangkuannya. Wanita itu adalah tunangan Philip,  dia adalah Wendy yang pernah datang ke apartemennya kemarin. Dengan sigap Wendy menarik lengan Lika kasar menjauhi Philip. "Hei!  w************n!  Dasar kegatelan sama tunangan orang!" maki Wendy pada Lika. Lika melirik Philip tajam, pertama kali jadi pacar kontrak sudah mendapat hinaan dari wanita tidak dikenalnya. Lika diam tidak melawan, dia sudah biasa mendapat makian dari mulut laknat. "Keluar!  Jangan pernah sentuh tunanganku!" makinya lagi.  Lika tentu akan keluar, tidak akan injak tempat ini.  Kalau bukan paksaan dari Philip. Philip menatapnya tajam. Lika tidak peduli, dia lebih memilih keluar dari ruangannya. Philip akan mengejarnya, namun dicegah oleh Wendy. "Kau mau kemana?" tanya Wendy mencekal tangan Philip. "Bukan urusanmu. Jangan pernah kau injak tempat haram ini," jawab Philip berlalu pergi untuk mengejar Lika. Philip berharap jejak Lika belum jauh dari kantornya. Lika menyetop mobil taksi di sana, Philip mengejarnya, tidak dapat dihentikan bahwa mobil taksi telah pergi meninggalkan tempat itu. Philip mengumpat, F*ck! Lika menatap arah jalan penuh kekosongan, ingatan itu kembali di masa lalunya. "Dasar w************n!" "Pelacuur!" "Wanitaa penghibur, mati saja kau!" Mengingat semua hinaan sebelum menginjak negara ini, banyak rasa pahit dilalui oleh Lika, melarikan diri dari kasus pembunuhan, pertemuan dengan pria berengsek seperti Philip, menjaga pendirian sebagai wanita biasa. Jika kenyataan dirinya memang wanita sok jual mahal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD