bc

Aku Bukan Istrimu Lagi

book_age16+
3.7K
FOLLOW
31.9K
READ
love-triangle
HE
heir/heiress
kicking
like
intro-logo
Blurb

Kirana Larasati dijual oleh ibu tirinya pada seorang pria bernama Ryan Adhitama–CEO Adhitama Grup. Kemudian dia dinikahi oleh Ryan untuk mendapatkan seorang anak laki-laki.

Setelah Kirana melahirkan seorang anak laki-laki dia diusir dari rumah Ryan dan diberikan uang yang banyak. Kirana pergi dengan membawa luka.

.

Lima tahun kemudian, Kirana sudah menyelesaikan kuliah dan diterima bekerja sebagai salah satu staf HRD di perusahaan Adhitama Grup. Mereka pun bertemu lagi. Bagaimana nasib pernikahan mereka selanjutnya karena ternyata Ryan tidak pernah menceraikan Kirana di pengadilan? Sementara Kirana merasa mereka sudah bercerai.

chap-preview
Free preview
Bab 1. Aku Mau Kita Cerai
"Bereskan kamar ini! Nanti malam aku akan datang lagi. Kamu tidak boleh menolak karena aku tidak suka penolakan. Aku mau kamu secepatnya mengandung anakku." Seorang pria bernama Ryan Adhitama menghabiskan malam bersama seorang perempuan Kirana Larasati yang dia nikahi kemarin. Kirana Larasati dijual oleh ibu tirinya pada seorang CEO Adhitama Grup yang ingin memiliki seorang anak dari seorang perempuan baik-baik yang akan dia jadikan pewaris Adhitama Grup suatu hari nanti. "Aku tidak mau mengandung anakmu!" Perempuan itu menatap tajam pada pria yang baru saja bicara dengannya. Dia menolak keras keinginan pria itu. Pria itu berdecak kesal mendengar ucapan Kirana. Dia mendekati perempuan yang masih duduk di ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Pria itu mencengkram rahang perempuan itu dengan keras. "Aku sudah membayarmu untuk mengandung anakku. Ingat nanti malam aku akan datang lagi." Ryan mengulang ucapannya agar Kirana mempersiapkan diri untuknya nanti malam. "Aku harus pergi dari rumah ini, bagaimana pun caranya," batin Kirana dengan tekad bulat. "Silakan saja, tapi aku tidak akan pernah sudi mengandung anakmu!" Ryan meninggalkan kamar itu dengan perasaan kesal. Dia menarik napas panjang untuk menetralisir perasaan kesalnya agar tidak semakin bertambah karena dia harus bersiap untuk berangkat ke kantor. Tubuh Kirana terasa remuk redam karena serangan dari Ryan tanpa jeda. Dia merasa tubuhnya seperti terkoyak setelah semalaman harus melayani suami barunya itu. Ryan melakukan itu karena dia ingin Kirana segera hamil, mengandung anak darinya. Perempuan itu bangkit perlahan dari ranjang. Kakinya gemetar saat dia mencoba untuk berdiri. Kirana memungut pakaiannya yang berserak di lantai. Dia lihat pakaian itu robek karena perbuatan Ryan yang memaksa Kirana untuk segera melayaninya. Dia berjalan perlahan ke kamar mandi. Setelah membersihkan diri Kirana mulai merapikan ranjang yang berantakan. Setelah memastikan ranjangnya rapi, bersih dan sprei diganti dengan yang baru. Dia tinggalkan kamar itu untuk mengelilingi rumah. Mencari celah di mana dia bisa pergi dari rumah itu. "Selamat Pagi, Nona Kirana, sarapan sudah siap. Mari saya antar ke meja makan." Seorang pelayan di rumah itu menyapa Kirana di ruang tengah. Kirana mengikuti langkah perempuan itu menuju meja makan. Di sana dia duduk sendiri di salah satu kursi untuk sarapan pagi. Perempuan itu merasa sangat lapar, dia menghabiskan semua makanan yang tersaji di meja untuknya. "Saya sudah selesai sarapan. Apa boleh saya berkeliling rumah ini?" "Baik, saya akan mengantar Nona berkeliling rumah. Mari ikut saya!" Pelayan di rumah itu mengajak Kirana mengitari seluruh ruangan yang ada di rumah itu. Dari ruang tamu dia melihat ke luar, ada banyak pria yang menjaga pintu depan hingga pagar bagian depan. Di bagian belakang rumah juga banyak pria yang berjaga-jaga. Seluruh bagian rumah itu dijaga dengan ketat, tidak ada celah bagi Kirana untuk kabur dari rumah itu. "Aku harus mencari cara untuk pergi dari rumah ini," batin Kirana. *** Satu bulan kemudian Kirana masih berada di rumah itu. Segala cara dia coba untuk melarikan diri dari rumah besar itu tetapi selalu ketahuan para penjaga rumah itu. Kirana juga dinyatakan hamil oleh dokter. Sejak itu Ryan tidak pernah mendatangi kamarnya lagi. Dia dibiarkan mengandung anaknya sendiri dan diurus oleh pembantu di rumah Ryan. Pagi itu Kirana dan Ryan sarapan bersama. Kirana kehilangan nafsu makannya sejak hamil. "Kenapa kamu tidak makan? Aku mau selama kamu hamil, kamu makan makanan yang bergizi agar calon bayi dalam kandunganmu tumbuh dengan sehat dan sempurna." Perempuan itu menatap tajam pada pria yang berstatus suaminya. "Aku sudah pernah bilang tidak mau mengandung anak ini dan aku akan menggugurkannya!" Ryan mengepalkan tangannya di meja dan rahangnya mengeras. Hari masih pagi, tetapi Kirana sudah membuatnya merasa kesal. "Sekali kamu coba menggugurkan janin yang ada dalam kandunganmu, maka aku tidak akan melepaskan kamu!" "Aku tidak takut dengan ancamanmu." "Kamu pikir aku tidak bisa melakukan itu?" "Iya." Kirana menjawab dengan yakin. "Kenapa tidak kita permudah saja, aku akan melepaskan kamu setelah kamu melahirkan. Kamu tinggal pilih hidup selamanya di sini atau tetap hamil sampai waktunya melahirkan, lalu aku akan melepaskanmu!" Ryan menjadi kehilangan nafsu makannya pagi ini karena harus adu mulut dengan Kirana saat sarapan. *** Hari ini adalah waktunya Kirana melahirkan. Selama kehamilannya beberapa kali dia mencoba untuk menggugurkan kandungan, dengan cara melompat dengan keras, memukul perut, dan membenturkan dirinya ke tembok tetapi usahanya selalu gagal. Akhirnya dia pasrah menunggu sampai waktunya melahirkan sehingga dia bisa bebas dari pria yang menikahinya itu. Beberapa jam setelah Kirana melahirkan melalui operasi caesar. Dia terbangun dari tidurnya. Ryan sudah menunggunya bangun di kamar perawatan. Pria ingin membicarakan sesuatu dengan Kirana. "Beberapa hari ke depan kamu akan dirawat di ruangan ini. Tapi jangan harap kamu akan bertemu dengan bayi yang sudah kamu lahirkan. Selama kamu dirawat di sini bi Ratmi yang akan menemani dan membantu kamu." "Bahkan satu detik pun aku tidak boleh melihat anakku?" Perempuan mengumpulkan kesadarannya. Dia ingin menangis karena tidak boleh melihat bayinya walaupun cuma sebentar. Meskipun Kirana mengandung karena terpaksa tetapi ikatan batin antara ibu dan bayi itu tetap terjalin. "No no no. Dia anakku, bukan anakmu." "Dia itu anakku juga. Aku yang mengandung sembilan bulan. Dia lahir dari rahimku, bagaimana bisa kamu bilang dia bukan anakku?" "Aku menitipkan benih di rahimmu, kamu rawat dan besar kan dia sesuai perintahku. Jadi, dia adalah anakku dan kamu tidak sedikit pun berhak padanya." Kirana berdecak. "Tapi dia tetap anakku, karena aku yang melahirkannya." "Hak dan kewajibanmu sebagai ibu sudah aku cabut sejak dia lahir ke dunia ini." "Kamu adalah orang yang paling kejam dan jahat yang pernah aku temui selain ibu tiriku." "Terserah kamu mau bilang apa. Aku enggak peduli dengan penilaianmu padaku. Setelah kamu keluar dari rumah sakit ini hiduplah dengan baik. Lupakan kalau kamu pernah menikah dan melahirkan anak. Kuliahlah! Lanjutkan pendidikanmu, cari pekerjaan yang bagus dan menikah dengan pria baik-baik!" Kirana tidak menyangka pria itu bisa mengatakan hal itu padanya. Dia pikir Ryan hanya seorang pria yang tidak memiliki perasaan dan bertindak semuanya. "Aku bisa melupakanmu tapi aku enggak pernah bisa melupakan sakit hati ini. Dinikahi hanya untuk merasakan sakit. Tinggal beberapa bulan di rumahmu adalah pengalaman terburuk selama hidupku. Bahkan siksaan mama tiriku enggak seberapa dibandingkan dengan siksaan darimu." Perempuan itu melengos. "Aku minta maaf jika selama ini kamu merasa disakiti." Permintaan maaf dari Ryan terdengar seperti basa basi di telinga Kirana. Pria itu tidak sedikit pun merasa bersalah karena itu dia tidak meminta maaf dengan tulus. "Tidak perlu meminta maaf. Aku tidak akan pernah memaafkanmu." "Aku akan segera pergi. Ada yang mau kamu katakan lagi? Aku tinggalkan kartu ATM berisi uang lima ratus juta. Pakai uang ini untuk menyambung hidup. Setelah aku keluar dari ruangan ini kita tidak akan pernah bertemu lagi." Jumlah uang yang diberikan Ryan sangat banyak tetapi Kirana tidak tertarik dengan uang itu. Dia merasa masih bisa melanjutkan hidup dengan usahanya sendiri. "Aku tidak butuh uangmu! Ambil kembali kartu ATM itu. Aku bisa cari uang sendiri." "Aku tidak akan membiarkan kamu hidup susah. Terima saja uang ini, pergunakan dengan sebaik-baiknya." "Terserah kamu mau ngomong apa. Aku enggak peduli lagi. Kalau mau pergi, silakan, aku tidak akan menahan. Bawa kartu ATM itu, aku enggak butuh. Aku harap kita enggak pernah bertemu lagi." "Baiklah aku akan pergi. Tapi kartu ATM ini enggak akan aku bawa." "Oh ya aku punya keinginan satu lagi dan tolong langsung kamu kabulkan." "Apa itu?" "Aku mau kita cerai!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
292.3K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.8K
bc

Tentang Cinta Kita

read
212.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
167.4K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.3K
bc

TERNODA

read
192.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook