2

1399 Words
Albert terkejut dan lantas tertawa kecil. "Apa anda pernah mendengar seseorang berkata seperti ini? Segala sesuatu tidak ada yang instan. Bahkan mie instan saja harus dimasak dulu baru bisa dimakan. Begitupun saat anda mencari suami. Ya apalagi suami." ujar Albert dan lantas membuat Alika terus menatapnya. Albert yang mau bertanya apakah ada sesuatu dengan wajahnya langsung di potong sebelum bicara. "Apa kau mau menjadi suamiku Al?" tanya Alika dengan mata berbinar. "Plis." ucapnya lagi. "Apa anda baru saja membenturkan kepala anda Bu direktur?" tanya Albert serius "Hah? Kamu pikir ini sinetron?" gerutu Alika. "Jika saya menjadi suami anda, saya tidak bisa menjadi sekertaris anda lagi dan besar kemungkinan saya akan menjadi pemilik perusahaan properti milik anda." ucap Albert dengan wajah datar. "Loh bukannya itu bagus?" tanya Alika "Saya hanya tidak ingin menjadi orang yang repot sama seperti anda." "Hah?" "Jika saya menjadi orang yang repot maka saya tidak akan pernah bisa menjadi majikan yang baik untuk Elijah." Alika tidak percaya ini, Albert bahkan lebih memilih mengurus kucingnya dibanding menjadi pemilik perusahaan besar. Dasar sekertaris tidak jelas. Alika memijat pelipisnya, pusing dengan kegesrekan sekretarisnya satu ini. "Oke, kalau kamu tidak mau menjadi suami saya. Bagaimana jika menjadi suami kontrak saya?" tanya Alika. "Tetap tidak bisa, karena akan sama sama merepotkan. Jika saya jatuh cinta dengan anda akan lebih repot lagi." ujar Albert. Alika merasa kesal, ia semakin keras memijat pelipisnya. "Yasudah kalau begitu carikan aku suami." ujar Alika. "Apa anda tertarik dengan biro jodoh?" tanya Albert "Biro jodoh? Ya apapun itu asal saya bisa cepat mendapatkan suami." ujar Alika. "Baiklah kalau begitu. Saya dengar ada sebuah biro jodoh di daerah Jakarta. Biro jodoh ini sering melahirkan begitu banyak pasangan yang berakhir langgeng dan harmonis rumah tangganya." ucap Albert. "Yah terserahlah, yang penting saya mau suami. Katakan pada mereka jika saya menginginkan suami dengan lima kriteria, pertama enak dipandang, murah senyum dan semacamnya, kaya atau miskin tidak masalah yang paling penting adalah dia seperti itu ! Kedua baik, bukan orang begajulan, tidak suka narkoba ataupun berhidung tindik. Saya tidak suka, lalu ketiga dia tidak merokok, keempat dia pandai berakting, jika saya meminta dia berakting mesra dengan saya, dia harus pandai berakting dan kelima dia harus pandai memasak." ujar Alika. Albert menyimak, ia langsung berbicara. "Akan lebih baik jika anda juga ikut dengan saya kesana." ujar Albert. "Supaya anda bisa bebas memilih yang mana yang cocok dengan anda." ucapnya lagi. "Boleh sih, kapan rencananya kita kesana?" tanya Alika. "Besok bagaimana? Anda sibuk?" tanya Albert. "Jika kamu mau besok, batalkan saja meeting kita besok dan cari hari lain." usul Alika. "Baik kalau begitu." ucap Albert. Esok paginya Alika dan Albert berada didalam mobil Pajero sport itu. Alika tampak sangat cantik saat itu, memakai blouse dan rok pendek serta dibalut oleh sebuah blazer. Sementara Albert tampil biasa saja, sama persis seperti penampilannya sehari hari berangkat ke kantor. Mobil menepi didepan sebuah lapangan luas yang sejauh mata memandang terdapat ratusan mobil terparkir disana. Alika berpendapat mungkin itu adalah mobil para calon peserta biro jodoh ini. Bahkan didepan sana terlihat gedung sangat besar dan bertingkat, mirip sebuah apartemen atau gedung pencakar langit yang ada di pusat kota jakarta. Tepatnya gedung itu merupakan kantor biro jodoh yang sedang mereka cari itu. Sedikit lebih jauh biro jodoh ini bernama "Angel's cupid" bahkan sepanjang mata memandang, Alika bisa melihat spanduk pink dan merah bertuliskan "Angel's cupid" diseluruh area lapangan maupun gedung. "Angel's cupid" sebenarnya merupakan biro jodoh yang bernaung dibawah perusahaan Angela's group. Perusahaan yang masih berusia seumur jagung namun akibat ketenaran "Angel's cupid" tersebut, ia mampu menjadi perusahaan terbesar se indonesia. Awal pemasaran mereka adalah memanfaatkan media sosial dan mempromosikan kepada para pelanggan mereka untuk memviralkan kesuksesan mereka dalam mendapatkan jodoh dari Angel's cupid ini. Semenjak biro jodoh ini menunjukkan performa baiknya sebagai ajang mencari pasangan yang paling laku dan laris manis. mampu menyumbang kekayaan perusahaan yang sangat besar hingga sampai 90 persen bahkan kini perusahaan mereka mulai merambah ke berbagai bidang untuk meluaskan nama mereka agar lebih dikenal ke masyarakat umum yang bukan hanya sekedar menawarkan jasa saja akan tetapi produk juga. Seperti produk kecantikan, tas branded, baju, berlian dan kuliner. Pemilik Angela's group yang misterius ini pun yang tadinya kaya jadi semakin double tingkat kekayaannya. Sepanjang Albert menjelaskan tentang Angela's group dan Angel's cupid, Alika menyimaknya dengan baik, ia jadi semakin penasaran dengan perusahaan yang tingkat kekayaannya paling tinggi se-Indonesia itu. Bahkan perusahaan Alika saja kalah dengan perusahaan itu. Ia penasaran apakah biro jodoh ini mampu memberikan apa yang jadi keinginannya itu. Mereka akhirnya sampai ke dalam gedung Angel's cupid. Albert menyarankan Alika untuk duduk karena ia menyadari pendaftaran itu akan berlangsung lama. Alika pun menunggu cukup lama disana lalu kemudian mereka disarankan untuk pergi ke lantai dua. Sesampainya didalam aula lantai dua yang luas dan megah, terdapat begitu banyak peserta biro jodoh bahkan total peserta yang tercatat di buku absen yang Albert isi total ada lima ratusan peserta. Pembawa acara menjelaskan tentang Angel's cupid, sejarahnya, kapan didirikan, tujuan dan bagaimana awal mula terbentuknya biro jodoh itu. Sangat detail hingga Alika merasa sangat mengantuk mendengarnya. Albert yang menyadari kepala Alika naik turun ketika mendengarnya langsung menaruh pipi Alika dengan minuman dingin. Alika menggeram. "Apa yang kau lakukan heh?" "Saya khawatir anda disuruh maju ke depan kalau ketahuan tertidur." ucap Albert dengan wajah datar. Alika memutar matanya. "Kau pikir ini disekolah huh?" balas Alika. Satu jam kemudian pidato pun selesai, bagi Alika itu adalah pidato yang benar benar sangat berguna untuk dijadikan ajang baginya menahan kantuk selama satu jam. Bagus sekali, ia sudah mendengar pidato yang membuang waktunya. Tidak bisakah langsung skip saja bagian pemilihan suami?! Alika yang merasa tidak sabaran pun berbisik pada Albert. "Tidak bisakah langsung ke bagian memilih suami Al? Aku berlama lama disini bisa jadi fosil nanti." ucap Alika. Seseorang dibelakang kursi mereka terlihat menertawakan. Alika terkejut saat menoleh ada perempuan sangat cantik dibelakangnya. Seperti malaikat. Bahkan dia nampak seperti boneka dimata Alika, tunggu... mungkinkah dia boneka hidup? Manequin yang tiba tiba berubah menjadi seorang manusia? Wanita berambut panjang itu tersenyum manis pada Alika, menyapanya. Alika balik tersenyum canggung. Alika akhirnya diperkenankan untuk masuk ke dalam sebuah ruangan. Albert sialan itu malah tidak memilih ikut ke dalam ruang itu. Benar benar sekertaris tidak setia kawan! Seorang wanita dengan rambut menyurai panjang yang wajahnya hampir bisa disamakan boneka itu duduk disebuah kursi dan tersenyum menyapanya. Tunggu dia... bukankah dia terlihat seperti wanita tadi?! Si malaikat itu! Alika langsung balik tersenyum menyapanya. Ia beralih duduk di kursi yang telah disediakan dihadapan gadis itu. Alika sesekali memberanikan diri menatap gadis tersebut dengan menaikkan sedikit wajahnya. Lalu yang ia terima adalah pesona kecantikan sang gadis yang begitu menyilaukan bahkan hampir melebihi sinar lampu diatasnya. Tapi kelihatan dari wajahnya, gadis ini tampak masih berumur sekitar belasan tahun. Ah tidak.. minimal baru lulus sekolah sih. Sudahlah.. kenapa juga ia harus memikirkan gadis ini? Gadis itu tiba tiba mengajak Alika bersalaman, Alika coba meredam rasa canggungnya dengan sebuah kepercayaan diri dan sikap inteleknya. Ia terima salaman tangan gadis itu lalu balik tersenyum sama hal dengannya. Gadis itu berkata. "Perkenalkan, nama saya Angela. Saya adalah orang yang akan membimbing anda untuk mencari cinta sejati yang mungkin akan layak untuk anda pertimbangkan." ucap Angela bijak. Alika cukup terkejut dengan sikap gadis ini yang seolah sudah paham arti melayani dengan sikap terpuji dan beradab di umur yang terlihat baru belasan itu. Tapi ya.. bukan itu masalahnya. Apa katanya tadi? Pertimbangkan? Alika merasa ada sesuatu yang salah disini. Ia lantas berkata. "Tunggu, maksud perkataan anda barusan yang mungkin akan layak untuk dipertimbangkan. Apakah mungkin maksudnya anda berkenan memberikan saya kandidat calon suami yang kemungkinan besarnya tidak mungkin saya pilih?" tanya Alika. Angela tidak terlalu paham dengan maksudnya. "Maksudnya?" "Maksud saya, apakah tidak bisa jika saya saja yang mengajukan langsung kriteria yang saya inginkan?" tanya Alika. Angela yang baru paham lantas menjawabnya. "Maaf, tidak bisa bu. Sistem pemilihan calon pasangan disini memang seperti itu. Tidak bisa mengajukan syarat, akan tetapi kita yang menawarkan masing masing biodata para calon." ujar Angela. Benar benar membuang waktu. Alika menghela nafas kesal, ia segera menyampirkan tasnya ke lengan dan bangkit dari kursinya. Hendak pergi, namun sebelum itu ia melihat jam di tangannya dan berkata dengan wajah datar menatap Angela lurus. "Dua jam, tiga puluh menit lewat dua detik." ucap Alika. Angela tidak paham. "Eh?" "Saya sudah membuang waktu saya disini dua jam tiga puluh menit lewat dua detik, tanpa ada kepastian dan jaminan keinginan saya dapat terpenuhi." ucap Alika.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD