Bab 01
Sophia Matilda wanita 42 tahun itu memeluk mesra suaminya yang baru saja pulang kerja, Vincent William. Pria berusia 40 tahun itu tampak lelah setelah seharian bekerja keras, tetapi senyum manis yang muncul di wajahnya menunjukkan betapa dia merasa bahagia bisa pulang ke rumah. Setelah menanggalkan jas kerjanya, Vincent mencium puncak kepala Sophia dengan lembut, sebuah kebiasaan yang selalu dilakukannya setiap kali pulang. “Bagaimana hari ini, sayang?” tanya Sophia sambil memandang suaminya dengan penuh kasih.
“Seperti biasa, banyak sekali pekerjaan,” jawab Vincent sambil meletakkan tas kerjanya di atas meja. “Tapi lebih baik sekarang bisa pulang ke rumah. Apa yang kamu lakukan sepanjang hari?” Sophia tersenyum lebar dan menarik tangan Vincent untuk duduk di sofa ruang tengah. Dengan lembut, dia mendorong suaminya agar duduk nyaman di sana, lalu duduk di atas paha Vincent, menatap wajahnya dengan penuh perhatian.
“Tadi aku habiskan waktu dengan beberapa pekerjaan rumah,” kata Sophia sambil memainkan rahang suaminya dengan jemarinya. “Tapi ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.” Sophia mendekatkan wajahnya ke wajah Vincent, mencium pipinya dengan lembut. Vincent tertawa kecil, menikmati perhatian dari istrinya.
“Apa yang kamu ingin bicarakan?” tanya Vincent, mencubit hidung Sophia dengan gemas.
Sophia tertawa kecil, merasa sedikit canggung. “Ya, ada hal yang harus kamu setujui dulu sebelum aku melanjutkan.”
Vincent tersenyum penuh tanda tanya, “Apa itu, sayang?”
“Apa kamu keberatan kalau keponakanku, Nancy Robyn, tinggal di sini bersama kita sementara waktu?” tanya Sophia sambil menatap suaminya dengan serius, meskipun di balik mata itu ada rasa khawatir apakah suaminya akan setuju.
Vincent terkejut, namun kemudian tertawa kecil. “Nancy? Tentu saja aku mengenalnya. Gadis itu sudah dewasa, kan? Dan aku tahu dia sedang mencari tempat tinggal sementara. Tentu saja, tidak ada masalah. Kamu tahu aku tidak keberatan.”
Sophia merasa lega mendengar jawaban suaminya, dan dengan spontan memeluk Vincent erat. “Terima kasih, sayang. Aku benar-benar khawatir kamu akan menolaknya. Nancy hanya membutuhkan tempat sementara karena ibunya sibuk bekerja, dan dia tak punya tempat lain yang lebih baik.”
Vincent menepuk punggung istrinya dengan lembut, lalu tersenyum. “Kamu sudah tahu aku akan selalu mendukungmu, kan? Kalau itu yang membuatmu bahagia, aku setuju.”
Dengan senyum lebar, Sophia berdiri dan mengambil ponselnya dari meja kerja. “Aku akan menelepon ibunya Nancy sekarang dan memberitahunya. Terima kasih sudah setuju, sayang.”
Vincent hanya mengangguk sambil tertawa kecil, merasakan betapa beruntungnya dia memiliki istri yang begitu perhatian terhadap keluarga. “Baiklah, aku akan menunggu di sini,” katanya, sambil duduk lebih nyaman di sofa.
Sophia segera menghubungi kakaknya, yang merupakan ibu dari Nancy. Teleponnya diangkat dengan cepat. “Halo, Sophia! Ada apa?” terdengar suara ibu Nancy, yang bernama Carla, di ujung telepon.
“Halo, Carla! Aku baru saja bicara dengan Vincent, dan dia setuju kalau Nancy tinggal di rumah kami untuk sementara waktu. Kami akan menyambutnya dengan senang hati,” kata Sophia dengan gembira.
“Oh, terima kasih, Sophia! Aku sangat menghargainya. Nancy pasti akan merasa lebih nyaman di sana,” jawab Carla dengan penuh rasa syukur.
“Tidak masalah, Carla. Nancy adalah bagian dari keluarga kita, dan kami selalu siap membantu. Semoga dia merasa betah di sini,” jawab Sophia.
Setelah beberapa menit berbicara dengan Carla, Sophia menutup telepon dan berjalan kembali ke arah suaminya. “Nancy bisa datang kapan saja, Vincent. Aku sudah memberitahukan ibunya.”
Vincent tersenyum, “Bagus, sayang. Aku yakin dia akan merasa nyaman di sini. Kita akan menjadi tuan rumah yang baik.”
Keesokan harinya, Nancy Robyn tiba di rumah mereka dengan membawa beberapa barang pribadi. Gadis berusia 25 tahun itu tampak sedikit canggung, tetapi senyuman lebar di wajahnya menunjukkan bahwa dia merasa diterima. Sophia dan Vincent menyambutnya dengan hangat, dan mereka segera membantu membawakan barang-barang Nancy ke kamar yang sudah disiapkan di lantai atas.
Nancy tampak sedikit terkejut melihat betapa luas dan nyaman rumah itu. “Wow, ini rumah yang sangat indah, Tante! Terima kasih sudah menerima aku,” katanya dengan tulus.
“Jangan sungkan, Nancy. Kamu sudah seperti bagian dari keluarga, kau keponakanku.” jawab Sophia sambil menepuk punggung keponakannya itu dengan lembut.
Vincent juga memberikan sambutan hangat. “Kami senang kamu bisa tinggal bersama kami, Nancy. Jangan ragu kalau butuh apa-apa.”
Nancy melihat wajah tampan Vincent dan bagaimana berototnya lengan pria itu mengangguk. Dan tatapan matanya jatuh ke arah tengah celana Vincent. Hmm… dia yakin dibalik celana itu terdapat sebuah gundukan yang begitu besar dan panjang. Membuat dirinya ingin menyentuh itu nantinya.
Oh s**t! Nancy! Pikiranmu sudah ke sana saja!